Tanjung (ANTARA) - “Awalnya kami belum terbiasa memasarkan secara online, banyak kendala yang dihadapi," ungkap Ketua UMKM Cimis, Sadik.
Cimis singkatan dari Cemilan Syar’I.
“ Lima persen dari hasil penjualan stik bawang putih dan stik buah Naga akan didonasikan ke pesantren," jelas Sadik terkait alasan penggunaan kata Syar’I tersebut.
Cimis merupakan salah satu UMKM Binaan CSR PT Adaro Indonesia yang bermigrasi dari pemasaran konvensional menuju pemasaran online.
Langkah awal yang mereka lakukan adalah dengan membuat akun media sosial untuk posting produk yang dijual.
Selanjutnya mereka membuat konten dengan mengambil foto produk agar dapat menarik minat pembeli.
Banyak pengalaman menarik yang dialami, mulai dari kendala jaringan internet karena lokasinya yang berada di wilayah pedesaan hingga pembuatan konten produk.
“Jaringan internet ditempat kami tidak stabil, hingga harus mencari tempat khusus agar dapat jaringan," ungkap Sadik.
Selain itu, pembuatan konten awalnya juga menjadi kendala.
Namun dengan adanya pembinaan dari CSR PT Adaro Indonesia melalui Lembaga Inkubator Bisnis (Link-B), pelan - pelan kendala tersebut sudah dapat diatasi.
Komitmen CSR Adaro dalam mendukung berkembangnya UMKM terus dilakukan, apalagi di tengah pandemi saat ini.
“Para pelaku usaha yang sudah terkoneksi pada ekosistem digital terbukti lebih mampu bertahan di masa badai COVID-19 ini dan menjadi momentum digitalisasi UMKM di sekitar wilayah kita," jelas Section Head CSR Adaro Indonesia Heriyanto Andilolo.
Kini produk Cimis tidak hanya dipasarkan di wilayah Kalimantan Selatan saja, namun sudah dipasarkan hingga ke wilayah Kalimantan Tengah, bahkan merambah hingga ke negeri Timur Tengah tepatnya di Yaman.
Menjalankan usaha secara online memilki banyak keunggulan, salah satunya dapat menjangkau konsumen secara luas.
Cemilan Syar'I Go Digital
Rabu, 16 September 2020 14:40 WIB