Jakarta (ANTARA) - Bagi Aria Pramono, CEO & Founder Janitra Consultant, dapat memberikan solusi praktis untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki permasalahan di bidang keuangan, akuntansi dan perpajakan, adalah sebuah kebanggaan dan kepuasan.
Ditemui di sela kesibukannya membantu sebuah BUMN di bilangan Jakarta Pusat, Aria bercerita bahwa semakin banyaknya peluang bisnis dan inovasi produk dan layanan, maka semakin banyak juga upaya perusahaan besar dan kecil, untuk menyesuaikan diri dalam hal pencatatan transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan perpajakan.
Kesulitan perusahaan-perusahaan kemudian muncul karena belum adanya staf bidang keuangan yang mumpuni di organisasi masing-masing, dan belum adanya system keuangan yang terintegrasi.
Janitra Consultant adalah sebuah Konsultan Keuangan yang berdiri sejak 2014, saat ini sedang membantu beberapa klien dan menggunakan pendekatan “bukan konsultan biasa”.
Misi Janitra untuk membuat klien “nyaman” diwujudkan dengan beberapa langkah antara lain: melakukan pendekatan dengan klien dengan sentuhan sahabat, memberikan bukti bahwa akuntansi dan perpajakan adalah hal-hal yang tidak menyulitkan namun menyenangkan, membantu pembuatan system untuk klien sesuai kebutuhan klien (layanan bersifat tailored) dari pencatatan transaksi keuangan dan perpajakan hingga penyusunan laporan keuangan.
Janitra juga selalu ingin memberikan solusi manajemen dan dapat menjadi partner utama manajemen bidang keuangan.
Saat ditanya lebih lanjut, apa yang membuat perusahaan mengalami kesulitan dalam administrasi keuangan, Aria menyebutkan bahwa problem rata-rata perusahaan dan bagaimana pihaknya memberikan solusi ada beberapa hal.
Sumber utama yang dihadapi banyak perusahaan adalah belum adanya system keuangan yang terintegrasi.
"Karena system keuangan terintegrasi sangat terkait dengan teknologi, maka bila klien kurang atau tidak familiar dengan teknologi, selanjutnya akan timbul retensi atau penolakan klien untuk dapat mengatas problem mereka sendiri," katanya.
Aria dan timnya akan mempelajari hal ini, dan bila persoalannya sudah mengakar, maka akan diberikan solusi bagi manajemen untuk melakukan transformasi terlebih dahulu terhadap system yang ada.
Untuk hal ini, sebenarnya terdapat banyak paket system keuangan yang dapat dibeli, namun kadang banyak juga hal yang tidak dipakai dalam software tersebut. Penyusunan system terintegrasi oleh perusahaan sendiri juga hal yang tidak mudah, karena diperlukan tim TI yang handal di internal organisasi.
Selanjutnya disampaikan bahwa problem umum lainnya yang banyak dihadapi klien adalah terkait waktu dari klien itu sendiri untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi.
Bila klien memiliki sedikit waktu untuk hal tersebut dan kurang berkenan melakukan perubahan internal, maka hal ini dapat menghambat penyelesaian masalah, karena Konsultan sekadar membantu.
Klien yang terbuka, manajemen yang mendukung dan secara bersama-sama dengan Konsultan berupaya memperbaiki keadaan, adalah hal yang sangat penting untuk membantu perusahaan keluar dari kesulitan.
Membantu klien mengatasi problem mereka sendiri dan menjadi pemberi second opinion bagi manajemen perusahaan, adalah upaya yang diberikan Janitra Consultant, yang tahun ini sedang membantu perbaikan system keuangan bagi sekitar 6 perusahaan.
Ketika diminta saran untuk pengelolaan keuangan perusahaan secara umum, maka disampaikan bahwa saat ini tidak semua perusahaan menyadari pentingnya mengelola kas.
Sangat ditekankan oleh Aria, bahwa hidup dan matinya perusahaan adalah pada kas (cash), dimana cash efficiency sangatlah penting, bukan semata cost efficiency yang hanya focus pada pengurangan beban usaha.
Cash efficiency lebih pada kondisi cash yang ramah terhadap perusahaan. Rekomendasi bagi perusahaan yang saat ini belum sempurna dalam pengelolaan keuangan adalah perlunya upaya perusahaan untuk “ramah cash flow”.
Hal ini adalah menjaga bahwa dalam operasional perusahaan tidak sering dikeluarkan kas tanpa adanya pemasukan yang rutin dan pasti.
Secara praktis hal ini adalah upaya mempercepat masuknya uang dari pelanggan, dan melambatkan atau mengatur biaya yang keluar untuk vendor.
Rekomendasi lain adalah jangan sekali-kali perusahaan memelihara biaya yang sifatnya rutin apalagi dengan nilai besar, ketika tingkat laba (gross profit margin) perusahaan tidak mencukupi untuk biaya tersebut.
Aria menutup obrolan kami sore itu dengan memberikan pandangan bahwa perubahan pengelolaan keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh kemauan dan kedisiplinan segenap SDM bidang keuangan di internal perusahaan itu sendiri.
Hal ini tentu akan lebih mudah bila semangat dan tekad dicanangkan sejak awal perubahan pengelolaan keuangan melalui system keuangan yang terintegrasi, serta komitmen manajemen yang tidak hanya mendukung, namun secara penuh juga mengawal perubahan tersebut.