Paringin (ANTARA) - Kalangan pecinta alam yang tergabung dalam Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Banjarmasin melakukan ekspedisi ke Gua Romeo, Desa Marajai, yang termasuk kawasan Pegunungan Meratus di Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan.
Perjalanan tim FKH selama dua hari sejak Rabu ke kawasan yang terdapat hamparan geopark pedalaman Kalsel tersebut. Selain untuk mengetahui gua dengan pegunungan geoparknya juga ingin mengetahui aneka plasma nutfah di Desa Marajai, karena desa tersebut terkenal sebagai pusat plasma nutfah di Kalsel.
Dalam perjalanan dengan anggota tim berjumlah lima orang FKH dibantu tiga pemandu dari aparat Desa Marajai tersebut, tim FKH berjalan kaki dari jalan raya menuju bukit, kemudian mendaki gunung yang penuh dengan aneka vegetasi hutan tropis basah, akar-akaran, aneka tanaman palam palaman, aneka rotan, dan pohon -pohon besar dan buah-buahan hutan.
Setelah mendaki, tim yang sudah mempersiapkan peralatan berupa sinter, helm, tali dan lainnya menemukan mulut gua yang lubangnya kecil saja. Untuk masuk saja harus menjongkokkan badan, sehingga harus bergantian satu persatu.
Pada awalnya tim FKH mengira gua itu kecil saja lantaran lubang masuk relatif kecil, dan setelah masuk juga masih seperti lorong kecil, namun kian ke dalam ternyata di dalam sangat besar bagaikan kubah besar.
Baca juga: FKH kembali bagi seribu pohon penghijauan secara gratis
Kalau tidak pakai lampu penerang dalam gua tentu gelap gulita, yang terdengar hanya bunyi kelelawar beterbangan, tetapi setelah dilihat pakai sinter, ternyata gua sangat luas dan indah, di mana-mana banyak stalaktit dan stalakmit, dan dinding gua seakan diukir atau penuh dengan relief alami.
Stalaktit dan stalakmit beraneka bentuk seperti manusia sedang duduk, ada yang berbentuk aneka binatang, ada yang bentuk buah-bahan, pepohonan, dan yang diatas masih meneteskan air, hingga di dalam terasa dingin sekali.
Sementara lantai gua penuh dengan tanah yang lembab bercampur dengan tahi kelalawar, tak terlihat binatang selain kelalawar, dan tim terus melakukan perjalanan lorong satu ke lorong yang lain, dan jarak yang ditempuh sekitar 500 meter, atau setengah kilometer, dan lorong terdapat dua cabang. Pemandu Yandi dan Elang, warga setempat, mengakui yang dijelajahi di dalam gua itu hanya sebagian lorong yang dalam dari gua tersebut.
"Maaf kami hanya mampu memandu hingga sini saja, ke sana kami tak tahu dan tak berani lagi, karena masih banyak lorong yang belum dikenal," kata Yandi dan Elang saat dalam gua seraya memberi petunjuk ke salah satu lorong besar yang gelap di dalamnya.
Dengan adanya pernyataan kedua warga Marajai tersebut membuktikan bahwa gua yang disebut Gua Romeo tersebut masih misteri, masih banyak yang harus dijelajahi.
Baca juga: DPRD Berharap Marajai Dijadikan Desa Plasma Tanaman Buah Langka
Lantaran perjalanan kami sudah jauh ke dalam dan masih terkesan anker untuk melanjutkan lebih ke dalam lagi, maka rombongan tim FKH yang dipimpin Mohammad Ary memutuskan untuk kembali dan keluar gua.
Menurut Mohammad Ary, setelah masuk gua sangat menakjubkan dan pengunjung bisa berimajinasi apa saja di dalam gua tersebut.
Bagong Tidarta salah satu tim mengakui gua ini sangat indah, dan luar biasa. Dari sekian gua yang pernah ia jelajahi Gua Romeo sangat indah, sehingga jika dikelola dengan baik pasti akan memancing banyak pengunjung.
Bagong Tidarta yang dikenal sebagai komunitas pecinta gua tersebut menyebutkan pengalamannya masuk gua di negeri Cina, yang disebutkankannya agak mirip dengan Gua Romeo tersebut, banyak sekali pengunjungnya. Di sana seluruh ruangan dalam gua diberi penerangan dengan listrik aneka warna, sehingga gua sangat indah terlihat.
Para pengunjung hanya boleh menyaksikan gua dalam jalur yang sudah ditentukan dan tidak boleh menjamah dinding gua atau stalaktit dan stalakmit, sehingga gua di sana terpelihara.
Oleh karena itu, jika Gua Romeo ini juga diberi lampu penerang tentu keindahannya sangat menakjubkan, dan ia meminta kepada aparat Desa Marajai supaya menjaga gua itu dengan baik, jangan dibiarkan pengunjung merusak bebatuan di dalamnya, atau melakukan corat coret di dinding.
Gua Romeo memang belum dikenal secara luas, kecuali dimasuki oleh warga sekitar saja. Itupun bagi mereka yang berani masuk. Oleh karena itu kehadiran FKH Banjarmasin, selain memperkenalkan gua sebagai tempat wisata, sekaligus berharap kawasan Marajai tetap sebagai plasma nutfah di Kalsel.
FKH Banjarmasin ekspedisi ke Gua Romeo Marajai, Halong
Jumat, 30 Agustus 2019 5:25 WIB
Maaf kami hanya mampu memandu hingga sini saja, ke sana kami tak tahu dan tak berani lagi, karena masih banyak lorong yang belum dikenal,