Banjarmasin (ANTARA) - Dalam bayangan banyak orang, menjadi petani pastilah kotor-kotoran bergelut dengan tanah dan tanaman yang dibudidayakan. Belum lagi repotnya membasmi serangan tumbuhan pengganggu atau gulma hingga bermacam hama yang mengancam tanaman.
Namun tidak bagi pemuda 33 tahun ini. Menjadi petani "zaman now" tanpa harus kotor-kotoran dan panas-panasan sudah jadi prinsipnya dalam mengembangkan usaha pertanian.
Pemilik nama lengkap Oka Wahyudi atau orang-orang yang bergaul dengannya kerap memanggil dengan sebutan Pakde Oka, bisa dibilang menjadi petani muda sukses lantaran beromzet miliaran rupiah dari budidaya pertanian yang digelutinya.
Melalui pertanian modern hidroponik, pria kelahiran Marabahan 24 Oktober 1985 ini mampu mendulang pundi-pundi rupiah hingga menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejaknya jadi petani zaman now yang terus berkreasi dan berbagi.
Diketahui hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
Baca juga: Indocement latih petani Kotabaru cara bertani sistem hidroponik
Hidroponik cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas dan juga minim area lahan karena tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam.
Kesuksesan Oka dengan nama usahanya kini Agroloka Hydroponic Spesialist, tentu tidak terwujud semudah membalik telapak tangan. Kegagalan demi kegagalan pernah menimpanya merintis usaha.
"Saya sempat buka bengkel las, tapi tidak bertahan lama juga. Sedangkan budidaya tanaman hidroponik saya mulai sejak tahun 2013," kata Oka ketika ditemui Antara di kebun budidaya tanaman hidroponik binaannya hasil kerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Kalimantan Selatan di Kelurahan Sungai Jingah RT 20, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kamis (15/8).
Oka mengungkapkan, awal mula tercetus ide untuk budidaya tanaman hidroponik sejak dia mengajar di SDN Kelayan Barat 2 Banjarmasin sebagai guru olahraga pada 2013.
Dia melihat fakta di Sekolah Adiwiyata itu tidak adanya lahan yang cukup dalam pelestarian lingkungan hidup. Padahal disyaratkan tanaman minimal 20 persen dari luas wilayah sekolah.
Dari situlah Oka berpikir bagaimana caranya menanam di lahan yang sempit. Kemudian mulailah dia dengan membuat vertikal garden yang ditanami bunga-bunga.
"Saya mikir lagi untuk menanam yang menghasilkan uang yaitu sayur dan mendapat ide membangun hidroponik dari lihat-lihat di internet," ungkapnya menceritakan kisah mula menggeluti tanaman dengan teknik hidroponik.
Gagal dan terus mencoba, itulah yang dilakukan Oka dalam perjuangannya jadi petani hidroponik sejati. Media video berbagi Youtube jadi andalannya untuk belajar. Bahkan, tahun 2016 dia sempat melihat langsung budidaya hidroponik di Malang, Jawa Timur, sewaktu mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 di daerah tersebut. Perjalanan dinas dalam tugasnya sebagai guru pun dimanfaatkan untuk menimba ilmu hidroponik, saking ingin sukses di bidang pertanian tersebut.
"Tahun 2016 sempat berhasil 60 lubang bikin di rumah. Jual ke Makro (sekarang menjadi LOTTE Mart Wholesale). Namun perjalanan waktu saya tidak bisa memenuhi jumlah kebutuhan sayur yang diminta, maka kontrak diputus," beber pria yang kini berdinas jadi guru olahraga di SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin.
Jatuh bangun dalam budidaya hidroponik tak membuat Oka patah semangat. Hingga peluang itu kembali terbuka lebar sejak dia berhasil mendapatkan uang pembinaan Rp 20 juta dari Mardani H Maming melalui tantangan bisnisnya untuk memberikan bantuan modal usaha lewat MHM Official dalam programnya menciptakan wirausaha baru dari kalangan anak muda pada tahun 2017.
Baca juga: Banjar women trained to plant vegetables hydroponically
"Alhamdulilah, suntikan modal dari Pak Mardani ini jadi titik balik kebangkitan saya dalam menggeluti usaha pertanian hidroponik hingga berjalan seperti sekarang. Berkat support beliaulah saya masih bisa bertahan," ucapnya penuh syukur.
Bagi Oka, peran Mardani yang dikenal sebagai sosok pengusaha muda sukses yang memiliki karir cemerlang di dunia politik hingga menjadi Bupati Tanah Bumbu dua periode, bukan persoalan bantuan materi Rp 20 juta. Namun yang lebih berharga menurut dia adalah petuah dan nasihat dari sang tokoh muda Kalsel tersebut.
"Saya ke rumah beliau di Batulicin waktu penyerahan uang pembinaan. Yang paling berharga adalah kesempatan bisa berbicara langsung dengan beliau. Mardani berpesan jika ingin menjadi pengusaha maka terjunnya jangan tanggung-tanggung, kuasai dari hulu hingga ke hilirnya. Itulah omongan beliau yang sangat saya ingat dan jadi motivasi saya," tutur Oka, mengenang pertemuannya dengan tokoh inspiratif Mardani H Maming yang tak akan dilupakannya.
Setelah kembali dari Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Oka pun mulai membangun media tanam pipa hidroponik di lantai rumahnya. Namun ternyata, uang Rp 20 juta tak mencukupi. Dia kembali putar otak mencari jalan mewujudkan rencana besarnya mengembangkan tanaman hidroponik seperti proposal wirausaha yang telah disodorkan ke Mardani H Maming sebelumnya.
"Waktu itu saya posting di media sosial Facebook dan Instagram. Alhamdulilah, ternyata ada respon dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin ada pemesanan instalasi hidroponik 18 buah. Hasil upah jasa pemasangan inilah jadi tambahan awal modal untuk bikin pipa di rumah," beber alumni Program D2 Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) tahun 2006 ini.
Setelah mulai sukses memproduksi aneka sayur seperti selada, pakcoy, kangkung hingga seledri yang panen secara kontinu, Oka pun memberanikan diri menawarkan sayurnya ke sejumlah rumah makan di Banjarmasin.
Bak gayung bersambut, beberapa restoran terkemuka seperti Pizza Hut sudah berlangganan dengannya dengan mengambil 5 kilogram sayur setiap hari.
Usaha Oka di bawah bendera Agroloka Hydroponic Spesialist terus berkembang. Hingga kini sudah ada beberapa mitra yang digandengnya seperti Baznas Kalsel dengan 2.000 lubang di Sungai Jingah Banjarmasin yang dikelola masyarakat, 5.000 lubang di Pesantren Darul Ilmi di Liang Anggang, Banjarbaru dan 8.000 lubang di Rumah Pangan Lestari, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru binaan Bank Indonesia.
"Baru-baru ini saya juga bikinkan greenhouse di Komplek Pesona Modern, Kabupaten Banjar sebanyak 10.000 lubang. Kemudian dalam waktu dekat juga dibikin lagi 2.000 lubang di Sungai Jingah sumbangan dari Hasnur Group melalui Baznas. Pihak Baznas juga merencanakan membangun kebun sehat di 13 kabupaten dan kota di Kalsel kedepannya yang dikerjasamakan dengan kami," paparnya.
Edukasi ke sekolah-sekolah juga rajin dilakukan Oka. Bahkan, dia sudah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin untuk pembuatan media tanam hidroponik di 40 sekolah.
Dalam kerjasama membangun greenhouse, ayah dari Aurellia Putri Wahyudi (7) dan Muhammad Azril Putra Wahyudi (2) ini berperan melakukan pendampingan mulai bimbingan bercocok tanam hidroponik dari penyemai bibit, memindahkan hingga memanen sayuran.
Menurut dia, semakin banyak orang yang berkecimpung menggeluti usaha hidroponik, maka semakin bagus bagi usahanya sendiri memenuhi kebutuhan sayur di pasaran.
Baca juga: Indocement latih warga bertani hidroponik dan beternak bebek
Adapun kebutuhan sayur yang harus dia sediakan saat ini 15 kilogram sehari dari 20 ribu lubang yang tersedia. Jika dihitung-hitung, kata dia, idealnya harus ada 40 ribu lubang baru bisa memenuhi semua permintaan.
"Jadi peran saya sekaligus semacam pengepul yang memasok sayur ke pasaran dari para pembudidaya," jelasnya.
Oka lantas berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan pasar akan sayur. Karena diakuinya, saat ini produksi belum maksimal. Padahal banyak rumah makan dan juga supermarket atau pasar modern yang meminta kerjsama untuk pasokan sayur darinya.
"Salah satu caranya saya bikinlah Komunitas Petani Berdasi atau Komisi yang anggotanya sekarang 17 orang. Jadi anggota kita bantu cara pemasangan jaringan pipa media tanamnya. Kemudian edukasi hingga harga yang lebih murah dari umum jika beli dari kita. Harapan saya, semakin banyak orang yang membudidayakan tanaman sayur hidroponik ini, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar yang luar biasa potensialnya," tandas suami dari Ela Maya ini.
Lulusan SMAN 1 Marabahan inipun kerap memanfaatkan Pasar Rakyat yang dilaksanakan MHM Official untuk bersosialisasi hidroponik ke masyarakat luas. Kemudian jadi pembicara pada "coaching clinic entrepreneur" bertajuk "Micro Youngpreneurs Business Training" untuk pelatihan membantu anak muda mendapatkan wawasan tentang bisnis yang juga bagian dari program MHM Official.
Berkat jaringan bisnis budidaya sayur hidroponik yang terus berkembang, Oka kini boleh berbangga. Omzet sekitar Rp 1,2 miliar berhasil dikantonginya sejak mendapat bantuan modal usaha Rp 20 juta dari Mardani H Maming.
Oka menekankan, anak muda jangan takut jadi petani. Karena itu, dia mengajak jadilah petani cerdas yang bisa menguasai hulu hingga ke hilirnya, seperti pesan Mardani yang selalu diingatnya.
"Hidroponik banyak memiliki kelebihan dibanding cara menanam media tanah. Sayur yang ditanam tidak terpengaruh musim, mau hujan atau panas tetap panen. Bahkan, dalam satu bulan bisa panen beberapa kali karena usia tumbuh tanaman lebih cepat 50 persen. Tanaman juga dijamin bersih dengan akar putih karena tidak bersentuhan dengan tanah. Serangan hama juga minim," pungkasnya.
Atas kesuksesan usaha yang dijalani, Oka tak lupa bersyukur kepada Allah SWT. Dia juga punya cita-cita mulia membangun panti asuhan. Karena kehidupan masa kecilnya di Desa Sungai Gampa, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala banyak bergaul dengan anak-anak yatim.
Entrepreneur Yatim Dhuafa, program yang ingin dijalankannya agar anak di panti asuhan bisa hidup mandiri dengan usaha yang digeluti.
"Insya Allah, jika ada jalan dan rezekinya, saya juga ingin memberangkatkan orang tua dan mertua naik haji. Minimal bisa umrah dulu ke tanah suci," timpalnya.
Sementara Mardani H Maming mengaku turut senang dan bahagia atas kesuksesan Oka yang jadi binaan MHM Official. Dia berharap, Oka dapat terus maju dan selalu kreatif serta menginspirasi banyak orang untuk membangun usaha dari nol tanpa kenal menyerah.
"Komitmen saya agar dapat lebih banyak mengorbitkan pengusaha daerah. Dimana wajah-wajah baru para pelaku usaha seperti Oka ini sangat saya harapkan terus bermunculan," cetus salah satu kandidat Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) periode 2019-2022 ini.