Pelaihari, Kalsel (ANTARA) - Anggota DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Imam Kanapi menginginkan santri juga bisa mengembangkan tanaman hidroponik atau yang bersifat organik.
"Oleh karena itu, ketika saya reses beberapa waktu lalu mencoba mendorong santri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Musthofa Tajau Pecah - Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut (Tala)," ujarnya sebelum melakukan kunjungan kerja dalam daerah provinsi setempat, Kamis (9/12).
"Alhamdulillah santri Ponpes Nurul Musthofa di bawah asuhan Ustadz H Nur Mahmudi keluaran Hadralmaut - Yaman tersebut menanggapi positif dan kita ajak melakukan tanaman hidroponik," lanjutnya saat berada di ruang Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjawab Antara Kalsel.
Selain tanaman hidroponik, Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel VII/Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tala itu juga mau memotivasi santri Ponpes Nurul Musthofa Tajau Pecah (pemukiman transmigrasi tahun 1970-an) melakukan budidaya ikan.
"Kita berharap, selain mendalami ilmu agama, santri Ponpes Nurul Musthofa Tajau Pecah (sekitar 75 kilometer tenggara Banjarmasin) juga mengenal dan mahir ilmu pertanian, terutama tanaman hidroponik dan budidaya ikan," ujar laki-laki kelahiran Blitar, Jawa Timur (Jatim) Tahun 1973 itu.
"Dengan berbekal pengetahuan dan kemahiran dalam hal tanaman hidroponik dan budidaya ikan, ketika santri keluar dari Ponpes bukan bisa mandiri, tapi memberi contoh dalam berwirausaha atau menyeimbangkan persoalan duniawi dan ukhrawi," demikian Imam Kanapi.
Sementara belakangan ini banyak warga masyarakat menggandrungi sayur-sayuran yang organik seperti hasil tanaman hidroponik
Sayuran organik di "super market" tergolong bergengsi karena harga cukup mahal seperti jenis salada perkilogram mencapai puluhan ribu rupiah atau jauh dibandingkan dengan yang bukan organik.