Banjarbaru (ANTARA) - Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr Sutarto Hadi menghadiri dialog nasional pemindahan ibu kota negara yang bertema Kalimantan untuk Indonesia. “Menuju Ibu Kota Masa Depan: Smart, Green, Beautiful, dan Sustainable“.
Dalam kegiatan di Novotel Banjarbaru itu, Sutarto menyatakan optimistis jika Kalsel sanggup menjadi ibu kota negara.
"Semua syarat menjadi ibu kota negara bisa dipenuhi Kalsel, baik dari sisi geografis berada di tengah Indonesia dengan kondisi alam yang aman dari bencana gempa dan sebagainya. Kemudian ada akses pelabuhan yang langsung ke laut Jawa dan selat Makassar, ditambah bandara internasional yang segera beroperasi," paparnya.
Terkait kesiapan membangun infrastruktur, Sutarto pun berkaca pada keberhasilan ULM mewujudkan 12 gedung baru dan 1 infrastruktur hasil dana dari Islamic Development Bank (IDB) dalam waktu yang relatif singkat.
Baca juga: Dua skenario pemindahan ASN ke ibukota baru
Seluruh pembangunan gedung baru ULM selesai sesuai jadwal, yakni 420 hari kerja sejak dilaksanakan groundbreaking (peletakan batu pertama) pada 27 Juli 2017 dan diresmikan pada 5 Maret 2019.
Sutarto juga berharap, jika Kalsel menjadi Ibukota negara, seluruh aspek seperti pendidikan, ekonomi, dan sektor pembangunan lainnya bisa tersebar merata di seluruh Indonesia.
"Kalsel ini benar-benar bisa jadi poros Indonesia, baik dari sisi barat maupun timur. Sehingga pembangunan Indonesia kedepannya dapat merata menyusul kemajuan seperti di pulau Jawa," tandasnya.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu turut hadir Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Noor, dan Menteri LHK dan Ristek Kabinet Indonesia Bersatu II Prof Gusti Muhammad Hatta.
Kegiatan dibuka dengan penyampaian rencana pemindahan ibu kota negara oleh Rudy S Prawiradinata selaku Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian BPN/Bappenas.
Baca juga: Bappenas : Pemindahan ibu kota pasti di Kalimantan
Dia menyampaikan, ancang-ancang rencana pemindahan ibukota telah dimulai sejak 2017. Hal tersebut dilandaskan karena 3 alasan, pertama yaitu daya dukung pulau Jawa yang sudah tidak mampu untuk menyokong pertumbuhan penduduk, kelangkaan air, pertumbuhan pembangunan dan perekonomian yang tidak merata.
Tercatat, hingga tahun 2019, 57% penduduk Indonesia menetap di pulau jawa, dan perekonomian sebanyak 58,48% dari seluruh Indonesia berputar di pulau Jawa, sehingga diperlukan pusat perekonomian baru yang bisa menjangkau seluruh daerah di Indonesia.
Dia menyatakan daerah yang saat ini paling tepat dalam kriteria tersebut yaitu Pulau Kalimantan.
Sementara Sahbirin Noor dalam sambutannya menyatakan siap untuk menjadikan Kalsel sebagai ibu kota negara. Kesiapan tersebut digambarkan dengan berbagai aspek, seperti aspek lokasi yang tepat berada di pusat Negara Indonesia, bebas dari gempa dan gunung api, serta infrastruktur pelabuhan yang memadai.
Dari aspek lingkungan hidup, Kalsel telah ikut mendukung revolusi hijau, memiliki kawasan hutan lindung, konservasi, serta program perhutanan sosial. Serta dalam aspek sosial budaya, menjunjung tinggi toleransi antar suku dan agama.
Baca juga: Inilah tujuh kriteria menjadi ibu kota negara