Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan bahwa pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta masih stabil dan volumenya relatif tetap sejak Januari 2019.
"Kubah lava saat ini dalam kondisi stabil dengan laju pertumbuhan yang masih relatif rendah," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan analisis foto udara pada 4 Mei 2019, ia menjelaskan, volume kubah lava Gunung Merapi sebanyak 458.000 meter kubik.
"Volume kubah lava terhitung relatif tetap disebabkan sebagian besar ekstrusi magma langsung meluncur ke hulu Kali Gendol sebagai guguran lava maupun awan panas," kata dia.
Menurut Hanik, dalam sepekan ini tercatat ada satu kali kejadian awan panas guguran di Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimum 1.000 meter yang mengarah ke hulu Kali Gendol.
Selain itu, dalam sepekan ini Gunung Merapi tercatat mengalami satu kali gempa awan panas, 18 kali gempa hembusan, lima kali gempa vulkanik dangkal, 25 kali gempa fase banyak, 210 kali gempa guguran, 17 kali gempa frekuensi rendah dan lima kali gempa tektonik.
"Kegempaan guguran pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," kata Hanik.
Berdasarkan laporan hasil pengamatan visual dan instrumental BPPTKG selama 7 - 13 Juni 2019, aktivitas vulkanik Gunung Merapi hingga kini masih cukup tinggi. Status api itu masih dalam tingkat Waspada.
BPPTKG masih meminta agar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi dikosongkan dari aktivitas penduduk dan pendakian.
"Sehubungan dengan sudah terjadinya beberapa kali awan panas dengan jarak luncur yang semakin besar, maka masyarakat di sekitar alur Kali Gendol agar meningkatkan kewaspadaan," kata Hanik.