Kampung Banjar Sungai Jingah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menjadi pembicaraan dalam Kongres Sungai Indonesia (KSI) 4 di Cibubur, yang berakhir Minggu (24/3).
Pimpinan Rombongan, komunitas Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) Banjarmasin, Mohammad Ary di Banjarmasin, Senin membenarkan persoalan kampung Banjar terangkat kepermukaan di KSI yang dibuka Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kemen-PUPR, Hari Suprayogi tersebut.
Munculnya masalah kampung Banjar Sungai Jingah, dalam KSI yang diikuti sekitar 500 peserta seluruh Indonesia tersebut saat presentasi yang disajikan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid.
Hilmar Farid dalam presentasinya mengingatkan sungai adalah kehidupan dan peradaban yang harus dilestarikan termasuk kaitan dengan kebudayaan yang memperkuat sungai itu sendiri.
Kaitan dengan penyajian tersebutlah lalu meuncul diskusi salah satu yang dilontarkan dalam pertanyaan datang dari anggota Melingai, Akhmad Arifin yang mengharapkan pemerintah pusat membantu Pemkot Banjarmasin untuk mempertahankan wilayah kampung Banjar yang kental sekali dengan budaya sungai tersebut.
Menurut Akhmad Arifin, Banjarmasin terdapat kampung tua yang disebut Kampung Sungai Jingah, di lokasi persis tepian Sungai Martapura tersebut terdapat sedikitnya 20 buah rumah tua yang kondisinya sudah memprihatinkan.
Padahal rumah rumah tua tersebut jika dikelola dengan baik oleh pemerintah akan mampu menjadi destinasi wisata yang diperkirakan akan menarik banyak wisatawan.
Oleh karena itu agar lokasi pemukiman penduduk tertua di Banjarmasin tersebut harus dibenahi baik sebagai objek wisata sungai, wisata budaya, serta sebagai lokasi penelitian kebudayaan.
Mendengar pertanyaan tersebut, Dirjen yang menyajikan makalah "Memuliakan sungai sebagai pusat peradaban," tersebut mengharapkan agar lokasi tersebut sebagai cagar budaya.
Walikota harus menetapkan dulu sebagai cagar budaya sehingga pemerintah pusat dapat membantu merevitalisasi rumah rumah tua adat banjar.
Pak dirjen berjanji akan datang melihat kampung Banjar Sungai Jingah pada bulan April depan.
Dirjen yang lahir di Kota Bonn, Jerman Barat ini berjanji akan menindak lanjuti keinginan tersebut dan meminta pihak komunitas Melingai bisa mempertemukan dirinya dengan Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina, untuk membahas hal tersebut.
"Saya akan ke Banjarmasin, dan tolong pertemukan saya dengan walikota Banjarmasin, kita bicarakan sama-sama," kata Helmar Farid yang dikenal sebagai sejarawan tersebut.
Melingai di KSI 4 tersebut mengutus tujuh anggota mengikuti kegiatan yang bertujuan melestarikan sungai di tanah air tersebut.
Ketujuh anggota Melingai tersebut, berangkat 21 Maret dan pulang 25 Maret, mereka adalah Mohammad Ary, Akhmad Arifin, Feri Lens, Hasan Zainuddin, Muhamad Ridha, Yusni Anani, dan Syahbudin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Pimpinan Rombongan, komunitas Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) Banjarmasin, Mohammad Ary di Banjarmasin, Senin membenarkan persoalan kampung Banjar terangkat kepermukaan di KSI yang dibuka Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kemen-PUPR, Hari Suprayogi tersebut.
Munculnya masalah kampung Banjar Sungai Jingah, dalam KSI yang diikuti sekitar 500 peserta seluruh Indonesia tersebut saat presentasi yang disajikan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid.
Hilmar Farid dalam presentasinya mengingatkan sungai adalah kehidupan dan peradaban yang harus dilestarikan termasuk kaitan dengan kebudayaan yang memperkuat sungai itu sendiri.
Kaitan dengan penyajian tersebutlah lalu meuncul diskusi salah satu yang dilontarkan dalam pertanyaan datang dari anggota Melingai, Akhmad Arifin yang mengharapkan pemerintah pusat membantu Pemkot Banjarmasin untuk mempertahankan wilayah kampung Banjar yang kental sekali dengan budaya sungai tersebut.
Menurut Akhmad Arifin, Banjarmasin terdapat kampung tua yang disebut Kampung Sungai Jingah, di lokasi persis tepian Sungai Martapura tersebut terdapat sedikitnya 20 buah rumah tua yang kondisinya sudah memprihatinkan.
Padahal rumah rumah tua tersebut jika dikelola dengan baik oleh pemerintah akan mampu menjadi destinasi wisata yang diperkirakan akan menarik banyak wisatawan.
Oleh karena itu agar lokasi pemukiman penduduk tertua di Banjarmasin tersebut harus dibenahi baik sebagai objek wisata sungai, wisata budaya, serta sebagai lokasi penelitian kebudayaan.
Mendengar pertanyaan tersebut, Dirjen yang menyajikan makalah "Memuliakan sungai sebagai pusat peradaban," tersebut mengharapkan agar lokasi tersebut sebagai cagar budaya.
Walikota harus menetapkan dulu sebagai cagar budaya sehingga pemerintah pusat dapat membantu merevitalisasi rumah rumah tua adat banjar.
Pak dirjen berjanji akan datang melihat kampung Banjar Sungai Jingah pada bulan April depan.
Dirjen yang lahir di Kota Bonn, Jerman Barat ini berjanji akan menindak lanjuti keinginan tersebut dan meminta pihak komunitas Melingai bisa mempertemukan dirinya dengan Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina, untuk membahas hal tersebut.
"Saya akan ke Banjarmasin, dan tolong pertemukan saya dengan walikota Banjarmasin, kita bicarakan sama-sama," kata Helmar Farid yang dikenal sebagai sejarawan tersebut.
Melingai di KSI 4 tersebut mengutus tujuh anggota mengikuti kegiatan yang bertujuan melestarikan sungai di tanah air tersebut.
Ketujuh anggota Melingai tersebut, berangkat 21 Maret dan pulang 25 Maret, mereka adalah Mohammad Ary, Akhmad Arifin, Feri Lens, Hasan Zainuddin, Muhamad Ridha, Yusni Anani, dan Syahbudin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019