Wakil Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) bidang Kerja Sama, Humas, dan Sistem Informasi Yusuf Azis mengatakan ULM telah menghasilkan banyak penelitian lahan basah demi kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Setiap tahunnya ada banyak judul penelitian dihasilkan para dosen yang mayoritas terkait bidang lingkungan lahan basah," kata dia di Banjarmasin, Sabtu.
Baca juga: Rektor ULM lantik tiga Wakil Dekan Fakultas Teknik
Yusuf menegaskan riset yang dilakukan memang didorong untuk mengawal keberadaan lahan basah sebagaimana fungsi alaminya di alam.
Kemudian bagaimana lahan basah bisa dioptimalkan menjadi penggerak peningkatan ekonomi masyarakat baik sisi pemanfaatan sumber daya alamnya berupa flora dan fauna hingga pengembangan ekowisata.
Sebagai upaya nyata peningkatan kualitas penelitian lahan basah, ULM pun kerap menggelar seminar nasional hingga konferensi internasional menghadirkan pembicara terkemuka dari para ahli di bidang lingkungan lahan basah.
Seperti yang baru-baru ini dilaksanakan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ULM melaksanakan konferensi internasional tentang lahan basah untuk tujuan pembangunan berkelanjutan.
Hadir lima pembicara utama yakni Prof Azlan Kamari dari Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia, Prof Charles dari University of Newcastle, Australia, Prof Ikki Matsuda dari Wildlife Research Center, Kyoto University Jepang, Dr Beta Paramitha dari Universitas Pendidikan Indonesia serta pakar ekonomi tuan rumah ULM Prof Handry Imansyah.
Kelimanya memantik diskusi empat bidang pembahasan, yakni ilmu pengetahuan bumi, energi dan pertambangan, ilmu lingkungan serta pembangunan berkelanjutan.
Menurut Global Wetlands Version 3, total lahan basah Kalimantan Selatan sekitar 1.194.471,98 hektare atau 32,39 persen dari total luas daratan provinsi ini
38.744,23 ribu kilometer persegi.
Lahan basah sebagai salah satu pusat biodiversitas memegang peranan penting bagi sebagian banyak makhluk hidup yang berfungsi sebagai sumber dan pemurni air, pelindung pantai dan daratan, penyimpan karbon terbesar, serta menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati.
Baca juga: BNI bantu menara pandang dan dermaga apung Pulau Kanoko
Namun luas lahan basah terus mengalami penyusutan dikarenakan perubahan iklim, meningkatnya populasi, urbanisasi, dan perubahan pola konsumsi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
"Setiap tahunnya ada banyak judul penelitian dihasilkan para dosen yang mayoritas terkait bidang lingkungan lahan basah," kata dia di Banjarmasin, Sabtu.
Baca juga: Rektor ULM lantik tiga Wakil Dekan Fakultas Teknik
Yusuf menegaskan riset yang dilakukan memang didorong untuk mengawal keberadaan lahan basah sebagaimana fungsi alaminya di alam.
Kemudian bagaimana lahan basah bisa dioptimalkan menjadi penggerak peningkatan ekonomi masyarakat baik sisi pemanfaatan sumber daya alamnya berupa flora dan fauna hingga pengembangan ekowisata.
Sebagai upaya nyata peningkatan kualitas penelitian lahan basah, ULM pun kerap menggelar seminar nasional hingga konferensi internasional menghadirkan pembicara terkemuka dari para ahli di bidang lingkungan lahan basah.
Seperti yang baru-baru ini dilaksanakan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ULM melaksanakan konferensi internasional tentang lahan basah untuk tujuan pembangunan berkelanjutan.
Hadir lima pembicara utama yakni Prof Azlan Kamari dari Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia, Prof Charles dari University of Newcastle, Australia, Prof Ikki Matsuda dari Wildlife Research Center, Kyoto University Jepang, Dr Beta Paramitha dari Universitas Pendidikan Indonesia serta pakar ekonomi tuan rumah ULM Prof Handry Imansyah.
Kelimanya memantik diskusi empat bidang pembahasan, yakni ilmu pengetahuan bumi, energi dan pertambangan, ilmu lingkungan serta pembangunan berkelanjutan.
Menurut Global Wetlands Version 3, total lahan basah Kalimantan Selatan sekitar 1.194.471,98 hektare atau 32,39 persen dari total luas daratan provinsi ini
38.744,23 ribu kilometer persegi.
Lahan basah sebagai salah satu pusat biodiversitas memegang peranan penting bagi sebagian banyak makhluk hidup yang berfungsi sebagai sumber dan pemurni air, pelindung pantai dan daratan, penyimpan karbon terbesar, serta menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati.
Baca juga: BNI bantu menara pandang dan dermaga apung Pulau Kanoko
Namun luas lahan basah terus mengalami penyusutan dikarenakan perubahan iklim, meningkatnya populasi, urbanisasi, dan perubahan pola konsumsi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024