Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) H.Karlie Hanafi Kalianda menghibahkan benda peninggalan bersejarah ke Museum Lambung Mangkurat di Banjarbaru (sekitar 35 kilometer dari Banjarmasin),.Kamis.
"Benda peninggalan bersejarah itu dua buah yaitu berupa jam dinding kuno dan gentong," ujar Karlie Hanafi di Banjarmasin, Kamis malam, sesudah menyerahkan benda tersebut ke Museum Lambung Mangkurat.
Menerima hibah benda peninggalan bersejarah itu Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Lambung Mangkurat M.Taufik Akbar didampingi beberapa jajarannya.
Wakil rakyat yang bergelar sarjana dan magister serta doktor ilmu hukum itu menerangkan, jam dinding kuno tersebut berdasarkan penelusuran hibah dari keluarga almarhum Tuan Guru Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kulampaian Martapura Kabupaten Banjar yang beristrikan anak seorang Kapitan di Banjarmasin.
Kapitan itu terkenal dengan sebutan Kapitan Kodok atau Kapitan Sun Niang. Sedangkan nama isteri Tuan Guru tersebut Datu Gwat atau Ang Gwat Nio. Sementara nama almarhumah ibundanya Karlie Hanafi bernama Ang Elsa Nio, jadi ada hubungan zuriat Datuk Kulampaian.
Karlie menceriterakan, pada suatu saat di Martapura (sekitar 40 kilometer dari Banjarmasin) tepatnya di Kampung Dalam Pagar terjadi banjir besar. Ketika itu untuk pengamanan barang barang milik keluarga Tuan Guru diangkut ke Banjarmasin yaitu Jalan Pecinan Laut - sekarang Jalan Kapten Piere Tendean,
Barang-barang dari Dalam Pagar Martapura itu diangkut kembali sesudah banjir surut, namun jam dinding tidak ikut terbawa dan dipakai oleh almarhum ayahandanya dari ibunda Karlie Hanafi.
Sedangkan barang kedua berupa gentong kecil berasal dari orang tua angkat H. Karlie di Amuntai (185 km utara Banjarmasin) , ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) bernama almarhum H. Iberamsyah. Sekitar tahun 1975 H.Iberamsyah menyerahkan gentong itu kepada H. Karlie agar menyimpannya baik-baik,
“Menurut abah (panggilan terhadap H Iberamsyah) gentong itu diperoleh dari penggalian Situs Candi Agung di Amuntai sekitar tahun 1970-an," kutip Karlie yang juga dosen pada salah satu perguruan tinggi swasta di Banjarmasin.
Selanjutnya penelitian kepada beberapa arkeolog, dan ternyata gentong tersebut berasal dari Dinasti Song, abad ke-3.
Latar belakang kenapa barang-barang peninggalan bersejarah tersebut dihibahkan, menurut Karlie dirinya saat ini yang tertua di lingkungan zuriat keluarga, sedangkan lainnya adik-adik, anak serta keponakan. Mereka tidak mengetahui dan tidak antusias untuk mengoleksi barang itu, jadi lebih baik diserahkan ke museum untuk menjadi catatan sejarah dan terjamin terpelihara.
Kepala UPTD Museum Lambung Mangkura M.Taufik Akbar pada kesempatan itu menyambut baik dan mengapresiasi tindakan Karlie menghibahkan benda-benda bersejarah ke Museum Lambung Mangkurat.
“Alhamdulillah, terimakasih atas kepercayaan Pak Karlie menghibahkan benda-benda bersejarah untuk kami rawat , pelihara dan juga akan kami pamerkan agar masyarakat mengetahui termasuk nilai sejarah yang terkandung dari benda-benda yang diserahkan," kata Taufik Akbar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Benda peninggalan bersejarah itu dua buah yaitu berupa jam dinding kuno dan gentong," ujar Karlie Hanafi di Banjarmasin, Kamis malam, sesudah menyerahkan benda tersebut ke Museum Lambung Mangkurat.
Menerima hibah benda peninggalan bersejarah itu Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Lambung Mangkurat M.Taufik Akbar didampingi beberapa jajarannya.
Wakil rakyat yang bergelar sarjana dan magister serta doktor ilmu hukum itu menerangkan, jam dinding kuno tersebut berdasarkan penelusuran hibah dari keluarga almarhum Tuan Guru Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kulampaian Martapura Kabupaten Banjar yang beristrikan anak seorang Kapitan di Banjarmasin.
Kapitan itu terkenal dengan sebutan Kapitan Kodok atau Kapitan Sun Niang. Sedangkan nama isteri Tuan Guru tersebut Datu Gwat atau Ang Gwat Nio. Sementara nama almarhumah ibundanya Karlie Hanafi bernama Ang Elsa Nio, jadi ada hubungan zuriat Datuk Kulampaian.
Karlie menceriterakan, pada suatu saat di Martapura (sekitar 40 kilometer dari Banjarmasin) tepatnya di Kampung Dalam Pagar terjadi banjir besar. Ketika itu untuk pengamanan barang barang milik keluarga Tuan Guru diangkut ke Banjarmasin yaitu Jalan Pecinan Laut - sekarang Jalan Kapten Piere Tendean,
Barang-barang dari Dalam Pagar Martapura itu diangkut kembali sesudah banjir surut, namun jam dinding tidak ikut terbawa dan dipakai oleh almarhum ayahandanya dari ibunda Karlie Hanafi.
Sedangkan barang kedua berupa gentong kecil berasal dari orang tua angkat H. Karlie di Amuntai (185 km utara Banjarmasin) , ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) bernama almarhum H. Iberamsyah. Sekitar tahun 1975 H.Iberamsyah menyerahkan gentong itu kepada H. Karlie agar menyimpannya baik-baik,
“Menurut abah (panggilan terhadap H Iberamsyah) gentong itu diperoleh dari penggalian Situs Candi Agung di Amuntai sekitar tahun 1970-an," kutip Karlie yang juga dosen pada salah satu perguruan tinggi swasta di Banjarmasin.
Selanjutnya penelitian kepada beberapa arkeolog, dan ternyata gentong tersebut berasal dari Dinasti Song, abad ke-3.
Latar belakang kenapa barang-barang peninggalan bersejarah tersebut dihibahkan, menurut Karlie dirinya saat ini yang tertua di lingkungan zuriat keluarga, sedangkan lainnya adik-adik, anak serta keponakan. Mereka tidak mengetahui dan tidak antusias untuk mengoleksi barang itu, jadi lebih baik diserahkan ke museum untuk menjadi catatan sejarah dan terjamin terpelihara.
Kepala UPTD Museum Lambung Mangkura M.Taufik Akbar pada kesempatan itu menyambut baik dan mengapresiasi tindakan Karlie menghibahkan benda-benda bersejarah ke Museum Lambung Mangkurat.
“Alhamdulillah, terimakasih atas kepercayaan Pak Karlie menghibahkan benda-benda bersejarah untuk kami rawat , pelihara dan juga akan kami pamerkan agar masyarakat mengetahui termasuk nilai sejarah yang terkandung dari benda-benda yang diserahkan," kata Taufik Akbar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023