Guru Haji Madyan Noor Mar'ie dalam tausiyahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin mengatakan, inti peringatan Tahun Baru Islam koreksi diri.
"Koreksi atau mengevaluasi diri itu melakukan introspeksi terhadap perbuatan masa lalu dengan tekad tahun depan lebih baik lagi," ujarnya pada peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah, Rabu malam.
Tema peringatan Tahun Baru Islam 1445 H yang Pengurus Masjid Assa'adah tersebut; "Waktu berharga untuk peningkatan andl ibadah menuju masa depan akhirat yang lebih baik".
Menurut Guru Madyan yang mengaku pernah berguru dengan almarhum Dr (HC) H Idham Chalid, seorang ulama dan politikus nasional terkenal, tepat tema peringatan Tahun Baru Islam 1445 H oleh Masjid Assa'adah tersebut.
Idham Chalid putra Indonesia terbaik dari urang Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) yang pernah menjadi Wakil Perdana Menteri masa Presiden Soekarno dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (NU).
Pasalnya, menurut Guru Madyan - kelahiran Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) itu, semua orang pada prinsipnya ingin masa depan yang lebih baik lagi, namun kemungkinan tidak semua orang bisa menggapai.
Dalam kontekstual tema peringatan Tahun Baru Islam 1445 H tersebut, Guru Madyan yang mengisi pengajian rutin di Masjid Assa'adah tiap malam Kamis atau Rabu sesudah shalat Maghrib itu mengutip dan mengurai makna Surah Al Hasyr ayat (18 - 20).
Pada ayat (18 - 20) Surah Al Hasyr (pengusiran) itu Allah menegaskan; setiap agar bertaqwa dan memperhatikan apa-apa yang sudah dia buat untuk hari esok (akhirat).
Kemudian Allah mengingatkan, agar jangan seperti orang yang lupa kepada Nya, karena kalau dia lupa, maka Allah akan lupakan terhadap dirinya sendiri.
"Ayat (20) Allah menegaskan pula, bahwa tiada sama penghuni neraka dengan penghuni surga. Penghuni surga itulah orang yang beruntung," kutipnya.
Ia menambahkan, dari ayat (18 - 20) Surah Al Hasyr tersebut mendorong seorang Muslim agar banyak melakukan amal ibadah buat bekal di alam akhirat kelak.
"Hal yang tidak kalah penting bertaubat atas kesalahan masa lalu. Kecuali terhadap sesama harus meminta maaf/ridha kepada yang bersangkutan. Mumpung masih hidup lakukanlah," ujar guru yang menyandang gelar Lc dan MA bidang ilmu agama Islam itu.
Padahal kesempatan itu, dia mengungkap makna hakiki dari wirid yang sering kaum Muslim usai shalat fardhu lima waktu (Isa, Luhur, Ashar dan Maghrib).
"Sebagaimana pendapat banyak ulama, wirid tersebut salah satu upaya memperbanyak dan memperindah kebun di surga," kutipny.
Contoh lain untuk upaya koreksi diri, bahwa seorang Muslim tak melaksanakan shalat wajib satu kali, hukumannya di neraka selama 500 tahun, demikian Madyan Noor Mar'ie.
Sebelumnya dalam pisah sambut Tahun 1444 dan 1445 Hijriah di Masjid Assa'adah melaksanakan doa bersama akhirat serta awal tahun, usai Shalat Maghrib berjamaah Shalat Hajat dan Shalat Tasbih, Selasa (18/7/23) malam.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Koreksi atau mengevaluasi diri itu melakukan introspeksi terhadap perbuatan masa lalu dengan tekad tahun depan lebih baik lagi," ujarnya pada peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah, Rabu malam.
Tema peringatan Tahun Baru Islam 1445 H yang Pengurus Masjid Assa'adah tersebut; "Waktu berharga untuk peningkatan andl ibadah menuju masa depan akhirat yang lebih baik".
Menurut Guru Madyan yang mengaku pernah berguru dengan almarhum Dr (HC) H Idham Chalid, seorang ulama dan politikus nasional terkenal, tepat tema peringatan Tahun Baru Islam 1445 H oleh Masjid Assa'adah tersebut.
Idham Chalid putra Indonesia terbaik dari urang Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) yang pernah menjadi Wakil Perdana Menteri masa Presiden Soekarno dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (NU).
Pasalnya, menurut Guru Madyan - kelahiran Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) itu, semua orang pada prinsipnya ingin masa depan yang lebih baik lagi, namun kemungkinan tidak semua orang bisa menggapai.
Dalam kontekstual tema peringatan Tahun Baru Islam 1445 H tersebut, Guru Madyan yang mengisi pengajian rutin di Masjid Assa'adah tiap malam Kamis atau Rabu sesudah shalat Maghrib itu mengutip dan mengurai makna Surah Al Hasyr ayat (18 - 20).
Pada ayat (18 - 20) Surah Al Hasyr (pengusiran) itu Allah menegaskan; setiap agar bertaqwa dan memperhatikan apa-apa yang sudah dia buat untuk hari esok (akhirat).
Kemudian Allah mengingatkan, agar jangan seperti orang yang lupa kepada Nya, karena kalau dia lupa, maka Allah akan lupakan terhadap dirinya sendiri.
"Ayat (20) Allah menegaskan pula, bahwa tiada sama penghuni neraka dengan penghuni surga. Penghuni surga itulah orang yang beruntung," kutipnya.
Ia menambahkan, dari ayat (18 - 20) Surah Al Hasyr tersebut mendorong seorang Muslim agar banyak melakukan amal ibadah buat bekal di alam akhirat kelak.
"Hal yang tidak kalah penting bertaubat atas kesalahan masa lalu. Kecuali terhadap sesama harus meminta maaf/ridha kepada yang bersangkutan. Mumpung masih hidup lakukanlah," ujar guru yang menyandang gelar Lc dan MA bidang ilmu agama Islam itu.
Padahal kesempatan itu, dia mengungkap makna hakiki dari wirid yang sering kaum Muslim usai shalat fardhu lima waktu (Isa, Luhur, Ashar dan Maghrib).
"Sebagaimana pendapat banyak ulama, wirid tersebut salah satu upaya memperbanyak dan memperindah kebun di surga," kutipny.
Contoh lain untuk upaya koreksi diri, bahwa seorang Muslim tak melaksanakan shalat wajib satu kali, hukumannya di neraka selama 500 tahun, demikian Madyan Noor Mar'ie.
Sebelumnya dalam pisah sambut Tahun 1444 dan 1445 Hijriah di Masjid Assa'adah melaksanakan doa bersama akhirat serta awal tahun, usai Shalat Maghrib berjamaah Shalat Hajat dan Shalat Tasbih, Selasa (18/7/23) malam.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023