Banjarmasin (ANTARA) - Guru Haji Saiful Anshari mengungkap rahasia keistimewaan Al Qur'an yang menjadi Mu'jizat Rasulullah Muhammad Saw, dalam tausiyahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sesudah Shalat Subuh Selasa.
"Bila dibandingkan dengan Mu'jizat Nabi-Nabi atau Rasul-Rasul Allah lainnya, Al Qur'an lebih istimewa," ujar Guru Saiful dalam pengajian rutin "Sifat 20" atau Tarekat "Asy'ariyah" di Masjid Assa'adah tersebut tiap Subuh Selasa (jika tidak berhalangan).
Guru Saiful memberi contoh Mu'jizat Nabi Musa alaihi salam (as) yaitu tongkat yang bisa menjadi ular dan membelah laut, serta Mu'jizat Nabi Isa as yang dapat menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal dunia, kesemuanya itu dengan izin Allah SWT.
"Mu'jizat Nabi Musa dan Isa, begitu Nabi yang bersangkutan meninggal dunia berakhir pula khasiatnya. Sedangkan Al Qur'an yang menjadi Mu'jizat Rasulullah Saw, walaupun Beginda Rasul meninggal dunia tetap umatnya gunakan sebagai petunjuk yang haq ( benar) dan bathil (salah)," ujar Guru Saiful seraya menambahkan, itulah keistimewaan Al Qur'an.
Namun, lanjut Guru Saiful dengan nada kritik, belakangan atau mungkin sesuai kemampuan zaman. Al Qur'an mulai kurang mendapatkan perhatian dari sebagian kaum Muslim.
Ia mencontohkan, ketika Mohammad Dong, seorang Qari (ahli baca Qur'an) nasional datang ke Banjarmasin orang dari jauh-jauh datang untuk menyaksikan dan mendengarkan langsung merdunya alunan lantunan ayat-ayat suci tersebut.
"Tetapi belakangan, ketika lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an berkumandang, di antara umat Islam ramai pula bercengkrama, berbincang bincang (bapender)," tutur Guru Saiful.
Menurut dia, memperalat atau menjual atas nama agama relatif mudah laku dan mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Sebagai contoh, orang-orang Yahudi menamakan negara mereka "Israel" sehingga kaum Muslim sulit atau tidak bisa menjelek-jelekkan kata Israel. "Sebab kata Israil sebutan lain dari Nabi Yakub as dan Bani Israil berarti keturunan Nabi Yakub sebagaimana termuat dalam Al Qur'an," kata Guru Saiful.
Contoh lain, pada musim kampanye terutama dari kaum Muslim laki-laki minimal memakai kupiah (peci) hitam, serta ada pula pakai kupiah putih dan sorban dengan foto tersenyum yang kesemua itu notabene lambang busana Muslim.
Begitu pula, calon perempuan yang berkampanye dalam foto yang mereka pajang di khalayak minimal pakai "kakamban" (selendang), lanjut Guru Saiful dengan nada koreksi atau mengritisi, karena sesudah terpilih kadang tidak menunjukkan sebagai seorang Muslim.
Pada kesempatan itu pula, Guru Saiful mengingatkan kaum Muslim khususnya, agar jangan pernah "mamai" (menggerutu/membenci) keadaan seperti sekarang musim penghujan.
"Mamai keadaan sama dengan mamai Allah. Karena semua kejadian adalah Kehendak dan Kemahakuasaan Allsh yang merupakan takdir dari pada Nya," demikian Guru Saiful Anshari.