Banjarmasin, (AntaranewsKalsel) - Ketua komisi II bidang ekonomi dan keuangan DPRD Kalimantan Selatan Suwardi Sarlan berpendapat, usaha perkebunan jeruk di Kabupaten Barito Kuala berprospek atau mempunyai masa depan yang baik.
Pendapat itu dia kemukakan di Banjarmasin, Sabtu, sesudah kunjungan kerja (kunker) ke Barito Kuala (Batola), kabupaten yang berada di wilayah barat Kalimantan Selatan (Kalsel) atau berbatasan denga Kabupaten Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Menurut informasi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batola, terangnya, di daerah pertanian pasang surut dan terbagi 17 wilayah kecamatan atau enam kelurahan dan 195 desa itu terdapat ribuan hektare (ha) perkebunan jeruk.
Dalam kunjungan ke "Bumi Salidah" Batola, 22 - 24 Juni lalu, rombongan Komisi II DPRD Kalsel hanya melihat sebagain kebun jeruk yang pertumbuhan dan perkembangan cukup baik itu, karena kawasannya tersebar pada beberapa wilayah kecamatan.
"Memang kita berharap usaha perkebunan jeruk rakyat di Batola itu tetap terpeliharan serta berkembang dengan baik," ujar politisi muda Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut menjawab Antara Kalsel.
Ia menyarankan, mungkin ada baiknya kalau pemerintah daerah, baik tingkat kabupaten maupun provinsi mengupayakan dari hasil produksi kebun jeruk yang cukup banyak tersebut dalam bentuk kemasan.
"Kalau bisa mengolah dalam bentuk kemasan, maka akan mendatangkan nilai tambah bagi petani/pekebun jeruk. Mereka itu mungkin tidak lagi berpikiran instan, artinya menjual masih dalam bentuk bijian (habis dipetik langsung dijual)," katanya.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian bersama, yaitu bagaimana cara agar petani/pekebun jeruk itu terbebas dari jerat ijon atau lintah darat, lanjut wakil rakyat bergelar sarjana agama tersebut.
"Dari informasi yang kami terima, diantara petani/pekebun jeruk di Batola tersebut masih ada yang terikat dengan tengkulak atau calo, sehingga mereka belum bisa menikmati harga yang cukup baik," demikian Suwardi Sarlan.
Selain sebagai lumbung padi Kalsel, Batola yang merupakan daerah penerima transmigrasi sejak tahun 1950-an itu juga sentra perkebunan kelapa, nenas dan jeruk.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Pendapat itu dia kemukakan di Banjarmasin, Sabtu, sesudah kunjungan kerja (kunker) ke Barito Kuala (Batola), kabupaten yang berada di wilayah barat Kalimantan Selatan (Kalsel) atau berbatasan denga Kabupaten Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Menurut informasi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batola, terangnya, di daerah pertanian pasang surut dan terbagi 17 wilayah kecamatan atau enam kelurahan dan 195 desa itu terdapat ribuan hektare (ha) perkebunan jeruk.
Dalam kunjungan ke "Bumi Salidah" Batola, 22 - 24 Juni lalu, rombongan Komisi II DPRD Kalsel hanya melihat sebagain kebun jeruk yang pertumbuhan dan perkembangan cukup baik itu, karena kawasannya tersebar pada beberapa wilayah kecamatan.
"Memang kita berharap usaha perkebunan jeruk rakyat di Batola itu tetap terpeliharan serta berkembang dengan baik," ujar politisi muda Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut menjawab Antara Kalsel.
Ia menyarankan, mungkin ada baiknya kalau pemerintah daerah, baik tingkat kabupaten maupun provinsi mengupayakan dari hasil produksi kebun jeruk yang cukup banyak tersebut dalam bentuk kemasan.
"Kalau bisa mengolah dalam bentuk kemasan, maka akan mendatangkan nilai tambah bagi petani/pekebun jeruk. Mereka itu mungkin tidak lagi berpikiran instan, artinya menjual masih dalam bentuk bijian (habis dipetik langsung dijual)," katanya.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian bersama, yaitu bagaimana cara agar petani/pekebun jeruk itu terbebas dari jerat ijon atau lintah darat, lanjut wakil rakyat bergelar sarjana agama tersebut.
"Dari informasi yang kami terima, diantara petani/pekebun jeruk di Batola tersebut masih ada yang terikat dengan tengkulak atau calo, sehingga mereka belum bisa menikmati harga yang cukup baik," demikian Suwardi Sarlan.
Selain sebagai lumbung padi Kalsel, Batola yang merupakan daerah penerima transmigrasi sejak tahun 1950-an itu juga sentra perkebunan kelapa, nenas dan jeruk.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016