Ziarah kubur bersama Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) selain mempererat silaturahmi antara warga Banjar Kalimantan Selatan yang ada di Kota Palu, juga membuat keceriaan dan "tatawaan" atau gelak tawa.
Muhammad Ali Jennah dari Pengurus KBB Palu mengemukakan itu melalui WA-nya, usai ziarah kubur bersama, Ahad (4/4) yang merupakan tradisi atau kegiatan rutin setiap menjelang bulan puasa Ramadhan.
Tatawaan dan bila terkumpul "baricau pandir" (saling ngomong secara bersamaan) salah satu ciri khas urang (komunitas/masyarakat) Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel).
Begitu pula "bahulutan" (berolok-olokan) bagi janda dan duda yang meninggal dunia pasangannya (sekedar candaan untuk membuat tatawaan).
"Ada lagi yang membuat tatawaan, ternyata di antara peziarah ibu-ibu atau 'acil' (panggilan terhadap seseorang yang agak muda umur) membawa 'wadai' (kue) 'apam' (sebuah yang bisa membuat konotasi porno)," ungkap M Ali.
"Uma nyaman" (aduk enak) apam 'pian Cil' (kamu Acil). Mendengar ucapan itu, semua tatawaan 'mandarau' (serentak bersama-sama)," lanjutnya.
Ia menambahkan, ternyata orang tidak boleh menyebut cuma dengan sebutan apam, karena bisa mmpunyai arti "lain" atau konotasi porno.
"Jadi harus menyebutnya, wadai apam acil. Hati-hati ketinggalan kata wada bisa tatawaan 'bubuhan lalakian' (kelompok laki-laki) sedang 'babinian takurihing. kasupanan' (perempuan tersenyum malu)," lanjutnya.
Dalam ziarah kubur bersama KBB Palu itu ada sekitar 100 keluarga warga Banjar Kalsel yang tinggal di perantauan atau Kota Palu, demikian M Ali.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Muhammad Ali Jennah dari Pengurus KBB Palu mengemukakan itu melalui WA-nya, usai ziarah kubur bersama, Ahad (4/4) yang merupakan tradisi atau kegiatan rutin setiap menjelang bulan puasa Ramadhan.
Tatawaan dan bila terkumpul "baricau pandir" (saling ngomong secara bersamaan) salah satu ciri khas urang (komunitas/masyarakat) Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel).
Begitu pula "bahulutan" (berolok-olokan) bagi janda dan duda yang meninggal dunia pasangannya (sekedar candaan untuk membuat tatawaan).
"Ada lagi yang membuat tatawaan, ternyata di antara peziarah ibu-ibu atau 'acil' (panggilan terhadap seseorang yang agak muda umur) membawa 'wadai' (kue) 'apam' (sebuah yang bisa membuat konotasi porno)," ungkap M Ali.
"Uma nyaman" (aduk enak) apam 'pian Cil' (kamu Acil). Mendengar ucapan itu, semua tatawaan 'mandarau' (serentak bersama-sama)," lanjutnya.
Ia menambahkan, ternyata orang tidak boleh menyebut cuma dengan sebutan apam, karena bisa mmpunyai arti "lain" atau konotasi porno.
"Jadi harus menyebutnya, wadai apam acil. Hati-hati ketinggalan kata wada bisa tatawaan 'bubuhan lalakian' (kelompok laki-laki) sedang 'babinian takurihing. kasupanan' (perempuan tersenyum malu)," lanjutnya.
Dalam ziarah kubur bersama KBB Palu itu ada sekitar 100 keluarga warga Banjar Kalsel yang tinggal di perantauan atau Kota Palu, demikian M Ali.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021