Perjalanan hidup Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr H H Sutarto Hadi penuh liku dengan perjuangan tiada akhir untuk terus menggapai mimpi-mimpinya sebagai seorang akademisi sejati.
Kisah inspiratif Guru Besar Matematika itupun dituangkannya dalam sebuah goresan tinta rangkaian kata dan kalimat yang terkumpul dalam sebuah buku berjudul Membingkai Bayang-Bayang.
Peluncuran buku karya Sutarto pun digelar di Theatre Hall Gedung Baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) ULM yang sekaligus dirangkai bedah buku Membingkai Bayang- Bayang.
Hadir sejumlah tokoh penting pimpinan perguruan tinggi di Banua Kalimantan Selatan seperti Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin Prof Dr H Mujiburrahman dan Rektor Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Prof Dr H Ahmad Khairuddin sebagai pembedah.
Baca juga: ULM menorehkan tinta emas luluskan doktor
Turut mendampingi pembedah yang sekaligus sebagai inisiator acara Ketua Prodi Sosiologi Fisip ULM Drs H Setia Budhi dengan moderator Varinia Pura Damaiyanti, akademisi ULM.Acara diskusi membedah buku karya Sutarto pun berlangsung menarik dengan banyaknya pertanyaan dari audien yang hadir. Bahkan, tiga mantan Rektor ULM juga nampak antusias mengikuti kegiatan hingga akhir seperti Prof Kustan Basri, Prof Rasmadi dan Prof Muhammad Ruslan. Setia Budhi mengatakan, dia sangat terinspirasi dari buku yang ditulis Sutarto hingga tercetus ide untuk menggelar bedah buku.
"Dalam buku ini ada petikan pembelajaran kepemimpinan, ada inspirasi generasi muda bagaimana seorang akademisi yang konsisten sebagai akademisi sejati. Sutarto jarang kita lihat menjalani aktivitas di luar organisasi kampus. Dia lurus saja dan itu menghasilkan karya hari ini kita luncurkan," katanya.
Di sisi lain, Setia Budhi melihat berkumpulnya para pimpinan perguruan tinggi di momen peluncuran buku tersebut jadi hal istimewa.
"Generasi Sutarto dan keloga dapat merubah mindset bahwa perguruan tinggi di Kalsel sekarang tidak kalah bersaing dengan kampus-kampus maju di daerah lain. Terbukti dari kepemimpinan mereka yang notabene orang-orang muda, minat orang ingin kuliah di tiga universitas terkemuka di Kalsel ini tiap tahun meningkat," paparnya. Sementara Sutarto menyampaikan terima kasih atas sambutan yang luar biasa dari para pembaca bukunya. Dia mengakui menulis adalah kegemarannya. Namun lantaran kesibukan tugas, sehingga hanya sedikit waktu bisa diluangkan untuk membuat suatu karya seperti buku.
"Membingkai Bayang-Bayang jadi buku kelima saya. Semoga dapat menginspirasi banyak orang yang membacanya," tutur Sutarto.
Dalam buku setebal 368 halaman itu, Sutarto mengisahkan kehidupannya sejak kecil, kemudian meniti karier sebagai guru hingga menjadi guru besar dan sebagai pemimpin perguruan tinggi sebesar ULM dua periode.
Diceritakan peristiwa-peristiwa yang beberapa tahun terakhir menyertai perjalanan hidupnya, Sutarto berbagi kisah di antaranya pemilihan rektor yang penuh dinamika.
Baca juga: Prof Sutarto ingin pramuka bagian integral dari proses pendidikan
Baca juga: Rektor ULM gulirkan program satu prodi satu profesor
Kemudian proyek Islamic Development Bank (IDB) yang berhasil mewujudkan wajah baru kemegahan kampus ULM dengan 12 gedung baru. Ada juga perjuangan meraih akreditasi universitas dan prodi sehingga mendapat A.
"Sesuatu bisa dicapai melalui perjuangan yang panjang tidak seperti membalik telapak tangan. Harus memiliki keteguhan untuk mencapainya, jadi jangan cepat putus asa. Hari ini sulit, mungkin besok lebih sulit. Tapi ada masanya mendapatkan hasil manis pada akhirnya berkat perjangan panjang tanpa kenal lelah," tandasnya.
Di sisi lain, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Mohamad Nasir yang didapuk memberikan "Kata Pengantar" dalam buku Membingkai Bayang-Bayang, menulis bahwa Sutarto Hadi satu dari matematikawan Indonesia yang dikenalnya sangat profesional di bidang kepakarannya dan sukses mewujudkan gagasan hebat dalam memimpin universitas terbesar di Kalimantan dengan jumlah mahasiswa lebih dari 32 ribu orang hingga melambung penuh prestasi keberhasilan melalui kerja keras dan perjuangan yang tak henti-henti.
"Layak ditularkan ke generasi milenial sekarang," tulis Mohamad Nasir dalam pesannya di Kata Pengantar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kisah inspiratif Guru Besar Matematika itupun dituangkannya dalam sebuah goresan tinta rangkaian kata dan kalimat yang terkumpul dalam sebuah buku berjudul Membingkai Bayang-Bayang.
Peluncuran buku karya Sutarto pun digelar di Theatre Hall Gedung Baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) ULM yang sekaligus dirangkai bedah buku Membingkai Bayang- Bayang.
Hadir sejumlah tokoh penting pimpinan perguruan tinggi di Banua Kalimantan Selatan seperti Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin Prof Dr H Mujiburrahman dan Rektor Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Prof Dr H Ahmad Khairuddin sebagai pembedah.
Baca juga: ULM menorehkan tinta emas luluskan doktor
Turut mendampingi pembedah yang sekaligus sebagai inisiator acara Ketua Prodi Sosiologi Fisip ULM Drs H Setia Budhi dengan moderator Varinia Pura Damaiyanti, akademisi ULM.Acara diskusi membedah buku karya Sutarto pun berlangsung menarik dengan banyaknya pertanyaan dari audien yang hadir. Bahkan, tiga mantan Rektor ULM juga nampak antusias mengikuti kegiatan hingga akhir seperti Prof Kustan Basri, Prof Rasmadi dan Prof Muhammad Ruslan. Setia Budhi mengatakan, dia sangat terinspirasi dari buku yang ditulis Sutarto hingga tercetus ide untuk menggelar bedah buku.
"Dalam buku ini ada petikan pembelajaran kepemimpinan, ada inspirasi generasi muda bagaimana seorang akademisi yang konsisten sebagai akademisi sejati. Sutarto jarang kita lihat menjalani aktivitas di luar organisasi kampus. Dia lurus saja dan itu menghasilkan karya hari ini kita luncurkan," katanya.
Di sisi lain, Setia Budhi melihat berkumpulnya para pimpinan perguruan tinggi di momen peluncuran buku tersebut jadi hal istimewa.
"Generasi Sutarto dan keloga dapat merubah mindset bahwa perguruan tinggi di Kalsel sekarang tidak kalah bersaing dengan kampus-kampus maju di daerah lain. Terbukti dari kepemimpinan mereka yang notabene orang-orang muda, minat orang ingin kuliah di tiga universitas terkemuka di Kalsel ini tiap tahun meningkat," paparnya. Sementara Sutarto menyampaikan terima kasih atas sambutan yang luar biasa dari para pembaca bukunya. Dia mengakui menulis adalah kegemarannya. Namun lantaran kesibukan tugas, sehingga hanya sedikit waktu bisa diluangkan untuk membuat suatu karya seperti buku.
"Membingkai Bayang-Bayang jadi buku kelima saya. Semoga dapat menginspirasi banyak orang yang membacanya," tutur Sutarto.
Dalam buku setebal 368 halaman itu, Sutarto mengisahkan kehidupannya sejak kecil, kemudian meniti karier sebagai guru hingga menjadi guru besar dan sebagai pemimpin perguruan tinggi sebesar ULM dua periode.
Diceritakan peristiwa-peristiwa yang beberapa tahun terakhir menyertai perjalanan hidupnya, Sutarto berbagi kisah di antaranya pemilihan rektor yang penuh dinamika.
Baca juga: Prof Sutarto ingin pramuka bagian integral dari proses pendidikan
Baca juga: Rektor ULM gulirkan program satu prodi satu profesor
Kemudian proyek Islamic Development Bank (IDB) yang berhasil mewujudkan wajah baru kemegahan kampus ULM dengan 12 gedung baru. Ada juga perjuangan meraih akreditasi universitas dan prodi sehingga mendapat A.
"Sesuatu bisa dicapai melalui perjuangan yang panjang tidak seperti membalik telapak tangan. Harus memiliki keteguhan untuk mencapainya, jadi jangan cepat putus asa. Hari ini sulit, mungkin besok lebih sulit. Tapi ada masanya mendapatkan hasil manis pada akhirnya berkat perjangan panjang tanpa kenal lelah," tandasnya.
Di sisi lain, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Mohamad Nasir yang didapuk memberikan "Kata Pengantar" dalam buku Membingkai Bayang-Bayang, menulis bahwa Sutarto Hadi satu dari matematikawan Indonesia yang dikenalnya sangat profesional di bidang kepakarannya dan sukses mewujudkan gagasan hebat dalam memimpin universitas terbesar di Kalimantan dengan jumlah mahasiswa lebih dari 32 ribu orang hingga melambung penuh prestasi keberhasilan melalui kerja keras dan perjuangan yang tak henti-henti.
"Layak ditularkan ke generasi milenial sekarang," tulis Mohamad Nasir dalam pesannya di Kata Pengantar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019