Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Universitas Brawijaya Candra Fajri Ananda mendukung upaya pemerintah untuk membuka akses pasar ke Amerika Selatan agar ekspor nasional tidak lagi tergantung dengan negara tujuan tradisional.
"Selama ini kan pasar Indonesia terlalu klasik, seperti Amerika, China. Perluasan pasar itu perlu," kata Candra dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut Candra, kerja sama dengan negara-negara di Amerika Selatan juga dapat meningkatkan persepsi bangsa (nation branding) dan dukungan bagi Indonesia di tingkat global.
Meski demikian, tambah dia, kerja sama ini belum tentu dapat mengatasi persoalan defisit neraca perdagangan dalam waktu dekat, karena terdapat tantangan.
Tantangan itu adalah pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut yang belum terlalu besar dan jarak yang jauh sehingga belum membuat pengusaha sepenuhnya tertarik untuk membuka pasar di Amerika Selatan.
Candra mengatakan saat ini pasar potensial yang dapat berkontribusi besar dalam perdagangan luar negeri Indonesia adalah kawasan Timur Tengah dan Afrika Barat.
"Untuk alasan ekonomi, Timur Tengah bagus. Lalu Afrika Barat juga. Afrika ini apalagi tidak terlalu repot soal kualitas produk," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan memulai kunjungan kerja di Argentina dan Chili untuk memperluas peluang pasar ekspor produk-produk Indonesia ke pasar nontradisional.
Di Argentina, Mendag melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri dan Kepercayaan Argentina serta sejumlah pelaku usaha.
Sementara itu di Chili, Mendag dijadwalkan melakukan pertemuan Menteri-Menteri Bidang Ekonomi kawasan Asia Pasifik di Vina Del Mar dan menghadiri forum bisnis di Santiago.
Kunjungan ke negara tersebut juga untuk menindaklanjuti implementasi kesepakatan kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia-Chili (Indonesia-Chili Comprehensive Economic Partnership Agreement/IC-CEPA).