Nilai ekspor karet Kalimatan Selatan pada 2012 anjlok hingga 41,34 persen yaitu dari 126 juta dolar AS pada periode Januari hingga Juni 2011 menjadi hanya 74,1 juta dolar AS pada periode sama 2012.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Gusti Yasni Iqbal di Banjarmasin, Sabtu mengatakan, penurunan nilai ekspor karet tersebut terjadi karena sejak terjadinya krisis eropa harga karet terus turun.
"Kalau volume ekspor karet masih tetap terjadi kenaikan, yaitu pada Januari hingga Juni 2011 sebesar 25,1 ribu kilogram lebih dan pada 2012 periode sama mencapai 29 ribu kilogram lebih atau masih terjadi kenaikan hingga 15,67 persen.
Namun demikian, kata dia, karena rendahnya harga karet saat ini, naiknya volume ekspor tersebut belum mampu mendongkrak nilai ekspor karet Kalsel.
Turunnya nilai ekspor karet tersebut, tambah dia, tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai ekspor Kalsel secara keseluruhan, karana ekspor karet hanyalah sebagian kecil dari total nilai ekspor provinsi ini.
"Saat ini nilai ekspor terbesar kita masih disumbang batu bara, sehingga naik turunnya nilai ekspor karet tidak terlalu berpengaruh besar," katanya.
Hanya saja, kata dia, rendahnya harga karet dunia, sangat berpengaruh ke petani secara langsung, karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan petani perkebunan secara luas.
Dengan demikian, kata dia, pemerintah tetap harus segera mencari solusi untuk mengantisipasi rendahnya harga karet dunia, antara lain dengan mencari pasar baru di luar negara Eropa.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, petani Karet di sentra perkebunan karet alam Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan dalam dua bulan terakhir ini mengeluh lantaran harga karet di tingkat petani anjlok melebihi 50 persen.
Seorang petani karet di desa Inan Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, Didon mengatakan turunnya harga karet tersebut menyebabkan pendapatan petani juga anjlok.
Saat ini harga karet jenis lum antara Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram, sementara harga berlaku yang dibeli kalangan pedagang pengumpul yang datang ke kampung-kampung belakangan ini hanya Rp5 ribu saja per kilogram.
Rendahnya harga karet tersebut melemahkan semangat kalangan petani setempat untuk mengembangkan lahan kebun karet luas lagi, padahal belakangan kegairahan berkebun karet telah hidup di wilayah kaki Pegunungan Meratus tersebut.
"Kita berharap harga karet kembali membaik, seperti sedia kala agar petani kembali bergairah," katanya.
Ekspor Karet Kalsel Anjlok 41,34 Persen
Sabtu, 27 Oktober 2012 19:20 WIB