Demak, Jawa Tengah (AntaraNews Kalsel) - Calon wakil presiden nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin, menyerukan gerakan Ayo Mondok untuk regerasi kiai dan ulama, saat berkunjung ke Pondok Pesantren Al Hidayat Krasak, Demak, Jawa Tengah, Selasa.
Hadir pada kesempatan tersebut, antara lain, pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayat KH Misbakhul Munir, Rois Suriah PB NU, KH Said Asrori, Rois Suriah PW NU Jawa Tengah, KH Tubagus Ubaidillah, Ketua MUI Kabupaten Demak, KH Asyiq, Ketua PC NU Kabupaten Demak, KH Aminuddin.
Hadir juga, para pimpinan pondok pesantren di Kabupaten Demak, serta keluarga besar Pondok Pesantren Al Hidayat Krasak Demak.
Kiai Ma'ruf saat memberikan sambutan mengatakan, bangsa Indonesia perlu menyiapkan generasi muda ulama, untuk nantinya menggantikan ulama generasi pendahulunya.
Regenerasi ulama melalui Gerakan Ayo Mondok ini penting dilakukan. "Mari kita dukung upaya para ulama mendirikan pesantren. Kepada para orang tua, ayo mengirim anak-anaknya ke pesantren. Saya setuju sekali dengan Gerakan Ayo Mondok," katanya.
Kiai Ma’ruf mengimbau para orangtua, agar mengirimkan anak-anaknya yang cerdas untuk dididik di Pondok pesantren. "Anak-anak yang yang cerdas dididik di Pondok pesantren, nantinya diharapkan dapat membawa perubahan pada pembangunan negara," katanya.
Kalau anak-anak yang kecerdasan ya terbatas dikirim ke Pondok pesantren, Kiai Ma'ruf, khawatir tidak akan membawa perubahan. "Anak-anak yang dididik di Pondok pesantren sebagai santri, nantinya bisa jadi apa saja. Bisa jadi ulama, usahawan, kepala daerah, dan bahkan pemimpin nasional," katanya.
Mustasyar PBNU ini menambahkan, santri yang akan menjadi ulama, kelak harus mampu membagikan dan menerapkan ilmunya kepada masyarakat.
"Kalau orang tua memiliki dua atau tiga anak, salah satu anak, harus dikirim ke pesantren. Anak yang dikirim ke pesantren hendaknya anak yang cerdas," katanya.
Kiai Ma'ruf melihat, banyak orang tua menyelamatkan anak-anaknya yang cerdas untuk menjadi dokter, insinyur, atau sarjana lainnya, sebaliknya yang tidak cerdas dikirim ke pesantren.
"Jadi santri itu disebut kw-2. Nantinya kalau jadi kiai, kiai bodoh. Padahal kiai itu harus cerdas, karena akan membimbing umat," katanya.
Kiai Ma'ruf juga mengimbau para orangtua yang mengirim anaknya ke pondok pesantren karena sang anak tidak patuh, malas-malasan, dan mendapat nilai jelek di sekolah.
"Apalagi kalau anak itu nakal susah dididik, lalu dikirim ke Pondok pesantren, akhirnya pondok pesantren jadi bengkel anak nakal," katanya.
Pada kesempatan tersebut, KH Ma'ruf Amin mengimbau semua pihak untuk mendukung Program Ayo Mondok di pondok-pondok pesantren sebagai generasi penerus ulama yang berkualitas.
Hadir pada kesempatan tersebut, antara lain, pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayat KH Misbakhul Munir, Rois Suriah PB NU, KH Said Asrori, Rois Suriah PW NU Jawa Tengah, KH Tubagus Ubaidillah, Ketua MUI Kabupaten Demak, KH Asyiq, Ketua PC NU Kabupaten Demak, KH Aminuddin.
Hadir juga, para pimpinan pondok pesantren di Kabupaten Demak, serta keluarga besar Pondok Pesantren Al Hidayat Krasak Demak.
Kiai Ma'ruf saat memberikan sambutan mengatakan, bangsa Indonesia perlu menyiapkan generasi muda ulama, untuk nantinya menggantikan ulama generasi pendahulunya.
Regenerasi ulama melalui Gerakan Ayo Mondok ini penting dilakukan. "Mari kita dukung upaya para ulama mendirikan pesantren. Kepada para orang tua, ayo mengirim anak-anaknya ke pesantren. Saya setuju sekali dengan Gerakan Ayo Mondok," katanya.
Kiai Ma’ruf mengimbau para orangtua, agar mengirimkan anak-anaknya yang cerdas untuk dididik di Pondok pesantren. "Anak-anak yang yang cerdas dididik di Pondok pesantren, nantinya diharapkan dapat membawa perubahan pada pembangunan negara," katanya.
Kalau anak-anak yang kecerdasan ya terbatas dikirim ke Pondok pesantren, Kiai Ma'ruf, khawatir tidak akan membawa perubahan. "Anak-anak yang dididik di Pondok pesantren sebagai santri, nantinya bisa jadi apa saja. Bisa jadi ulama, usahawan, kepala daerah, dan bahkan pemimpin nasional," katanya.
Mustasyar PBNU ini menambahkan, santri yang akan menjadi ulama, kelak harus mampu membagikan dan menerapkan ilmunya kepada masyarakat.
"Kalau orang tua memiliki dua atau tiga anak, salah satu anak, harus dikirim ke pesantren. Anak yang dikirim ke pesantren hendaknya anak yang cerdas," katanya.
Kiai Ma'ruf melihat, banyak orang tua menyelamatkan anak-anaknya yang cerdas untuk menjadi dokter, insinyur, atau sarjana lainnya, sebaliknya yang tidak cerdas dikirim ke pesantren.
"Jadi santri itu disebut kw-2. Nantinya kalau jadi kiai, kiai bodoh. Padahal kiai itu harus cerdas, karena akan membimbing umat," katanya.
Kiai Ma'ruf juga mengimbau para orangtua yang mengirim anaknya ke pondok pesantren karena sang anak tidak patuh, malas-malasan, dan mendapat nilai jelek di sekolah.
"Apalagi kalau anak itu nakal susah dididik, lalu dikirim ke Pondok pesantren, akhirnya pondok pesantren jadi bengkel anak nakal," katanya.
Pada kesempatan tersebut, KH Ma'ruf Amin mengimbau semua pihak untuk mendukung Program Ayo Mondok di pondok-pondok pesantren sebagai generasi penerus ulama yang berkualitas.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen