Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Kelompok Usaha Bersama Kembang Ilung di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan masih kewalahan penuhi permintaan pembeli dari luar daerah terhadap produk kerajinan eceng gondok.
Padahal eceng gondok atau 'ilung' banyak tumbuh di Wilayah Kabupaten HSU yang hampir 89 persen ditutupi hamparan rawa atau lebak.
"Kami masih kekurangan tenaga perajin termasuk kelompok penyedia bahan baku eceng gondok," ujar Ketua Kelompok Usaha Bersama Kembang Ilung, Supian Noor di Amuntai, Selasa.
Supian Noor mengatakan, pihaknya bersedia membeli eceng gondok dari masyarakat untuk memenuhi bahan baku kerajinan.
"Kalau setiap hari warga mencari eceng gondok maka hasilnya lumayan karena kami bersedia membelinya," kata Supian.
Supian berharap warga tidak ragu mencari dan mengumpulkan batang tanaman eceng gondok untuk dijual ke KUB Kembang Ilung di Desa Banyu Hirang Kecamatan Amuntai Selatan.
Selain membeli bahan baku eceng gondok yang baru diambil dari rawa, KUB Kembang Ilung juga bersedia membeli batang eceng gondok kering yang sudah dirajut untuk bahan kerajinan.
"Sambil santai duduk dirumah, bapak ibu bisa menganyam batang eceng gondok yang sudah kering, lumayan panjang dua meter sudah bisa buat belanja diwarung," kata Supian lagi.
Keuntungan dari mencari bahan baku dan menganyam batang tanaman ini untuk bahan kerajinan bisa meningkatkan pendapatan finansial bagi warga.masuarakat asal mereka giat mencarinya setiap hari.
Selama ini, kata Supian, masyarakat tidak rutin mencari tanaman eceng gondok sehingga kurang dirasakan pemasukan pendapatan dari usaha ini.
Supian mengakui kebutuhan akan bahan baku eceng gondok cukup besar agar KUB Kembang Ilung terua berproduksi memenuhi permintaan pembeli.
Ia mengaku sudah memiliki jaringan pasar dan konsumen untuk pemasaran produk kerajinan eceng gondok khususnya namun hingga kini masih terkendala minimnya tenaga perajin dan pemasok bahan baku.
Padahal melalui Program Kluster Anyaman Purun dan Ilung (Anpulung) yang difasilitasi Bank Indonesia beberapa perajin anyaman di sejumlah desa sudah ia latih.
Saat ini pun, Supian diminta melatih sekitar 70 perajin anyaman purun dan rotan dari Desa Palimbang Sari yang dilaksanakan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten HSU, sehingga ia berharap jumlah perajin terlatih semakin banyak untuk menghasilkan produk kerajinan yang sesuai dengan selera pasar.
Desain dan motif yang ia ajarkan antara lain memadukan bahan baku rotan dengan eceng gondok, sedangkan anyaman purun dipadukan motif agar lebih menarik.
"Alhamdulillah produk yang saya jual keluar daerah harganya bisa beberapa kali lipat dibandingkan jika perajin menjual ke pengepul," terangnya.
Para perajin di Kabupaten HSU umumnya menjual tas purun dengan harga paling tinggi Rp25 ribu, namun melalui KUB Kembang Ilung bisa menjualnya kepada konsumen diluar daerah mencapai Rp250 ribu hingga Rp350 ribu bahkan jutaan rupiah.
Supian mengatakan, akan membeli produk kerajinan dari perajin dengan harga yang lebih pantas asalkan dengan desain dan motif sesuai yang diinginkan.