Amuntai, (Antaranews.Kalsel) - Sepuluh tahun yang lalu Yannor mungkin tidak akan menyangka tanaman liar yang banyak tumbuh disekitar rumahnya di Desa Banyu Hirang Kecamatan Amuntai Selatan ternyata mampu mengantarkannya jadi jutawan.
Tanaman ilung atau eceng gondok mengubah hidupnya dari seorang tani nelayan biasa menjadi pengusaha perajin anyaman purun dan ilung yang mengkoordinir puluhan perajin di enam desa di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan.
Lelaki bernama lengkap Supian Noor ini semula hanya iseng memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk dibuat produk kerajinan, berbekal pengetahuan yang dapat dari internet secara ayah satu anak ini mulai mengolah kerajinan dari bahan tanaman ini.
Ia berpikir, bahan baku tanaman eceng gondok yang melimpah dilingkungan tempat tinggalnya sayang jika tidak dimanfaatkan, apalagi dirinya sudah tahu jika tanaman eceng gondok bisa diolah menjadi bahan kerajinan.
Semula, tuturnya hanya beberapa perajin yang menekuni, namun seiring perhatian Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Dikuperindag) sedikit demi sedikit pangsa pasar mulai terbuka dan bantuan pelatihan dan permodalan mengalir kedesanya.
Yannor bersama perajin lainnya lantas dibantu membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang diberi nama Kembang Ilung, dengan bantuan permodalan mulai meningkatkan jumlah produksinya.
Sudah tidak terhitung ajang pameran dalam dan luar daerah yang diikutinya untuk membuka jaringan pemasaran produk kerajinan eceng gondok.
Beberapa pembeli luar daerah sekarang mulai rutin memesan produk kerajinan, seiring bertambahnya pembeli Yanor mulai kewalahan mengingat jumlah perajin di desanya terbatas hanya 20 perajin.
Adanya Program Kluster Anyaman Purun dan Ilung (Anpulung) dari Bank Indonesia Kalimantan Selatan membantu Yannor bersama KUB Kembang Ilung melakukan pembinaan kepada perajin Anyaman Purun dan Eceng Gondok di lima desa di Kecamatan Haur Gading.
Berkat sinergi antara KUB Kembang Ilung dengan perajin lainnya ini mengatasi masalah ketersediaan pasokan produk kerajinan yang dipesan.
"Perajin lain kita latih mendesain produk jadi sesuai pangsa pasar luar daerah, kemudian kita beli sesuai harga yang ditetapkan perajin agar mereka tetap mendapat untung," tutur Yannor.
Melalui Program Kluster Anpulung, para perajin mendapat bantuan beberapa unit mesin jahit untuk Anyaman purun serta bantuan dari Kementerian Daerah Tertinggal.
Memasuki Tahun ketiga pelaksanakan program Kluster Anpulung, KUB Kembang ilung sudah bisa memenuhi 1500 unit produk kerajinan yang dipesan dengan keuntungan kotor per bulan hingga Rp30 juta.
"Kita tidak lagi menerima pesanan dalam bentuk produk kerajinan setengah jadi sehingga harga jual produk bisa ditingkatkan," terangnya.
Kepala Bidang Industri Pada Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan Perdagangan Hj Sri Mainoor berharap model pemasaran yang sudah diterapkan KUB Kembang Ilung bisa diterapkan oleh kelompok perajin lain, karena pangsa pasar produk kerajinan masih terbuka lebar.
"Bahkan pangsa pasar ekspor juga ada, namun terkendala kesiapan perajin kita," kata Mainoor.
Mainoor berharap kelompok perajin bisa bersinergi agar bisa memenuhi kebutuhan pangsa pasar produk kerajinan.
Pemerintah, katanya melalui Dikuperindag siap memberikan bantuan pelatihan dan promosi melalui ajang pameran, disamping bantuan permodalan yang setiap tahun dialokasikan./Eddy Abdillah
Jutawan Berkat Tanaman Liar
Rabu, 14 Oktober 2015 12:06 WIB
Tanaman ilung atau eceng gondok mengubah hidupnya dari seorang tani nelayan biasa menjadi pengusaha perajin anyaman purun dan ilung yang mengkoordinir puluhan perajin di enam desa di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan.