Amuntai (ANTARA) - Pelaku usaha kerajinan Purun dan Eceng Gondok di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan mengaku sudah kehilangan akal mencari cara untuk memasarkan secara langsung produk kerajinan ke pasar Internasional.
Pemilik Kelompok Usaha Bersama (KUB) Kembang Ilung Supian Noor di Amuntai Selasa, mengatakan, dirinya sudah belajar langsung kepada para eksportir produk kerajinan di Palembang Sumatera Selatan, namun banyak dari mereka yang justru mengalami merugikan karena tingkat penjualan produk kerajinan di luar negeri sedang mengalami penurunan.
"Apalagi tidak ada jaminan bahwa pembayaran dari hasil penjualan produk kita diluar negeri akan kita terima, seringkali pembayaran baru diterima enam bulan kedepan sehingga perlu modal cukup besar untuk menjadi eksportir produk kerajinan,"ujar Supian.
Supian mengatakan, pemerintah dan perbankan tidak tinggal diam membantu mencari celah dan peluang pemasaran ekspor produk kerajinan daerah, namun hingga kini belum ada titik terang mengingat kendala dan tahapan yang harus dilewati diakui memang cukup sulit.
Saat ini, terang Supian, pemasaran produk kerajinan purun dan eceng gondok ke luar negeri masih melalui tangan kedua, sehingga keuntungan yang diterima lebih banyak diterima pihak kedua.
Produk kerajinan HSU sudah dijual ke beberapa negara Eropa, Timur Tengah dan Jepang, bahkan ada pesanan langsung dari importir Jerman terhadap produk kerajinan HSU.
"Ada pesanan dari Jerman, bahkan mereka siap teken kontrak apabila kita bisa konsisten memenuhi jumlah yang mereka inginkan, tapi kendala sumber daya manusia perajin di Kabupaten Hulu Sungai Utara belum siap," katanya.
Supian mengungkapkan jika sumber daya manusia (SDM) perajin belum benar-benar siap konsistem memenuhi pesanan dalam jumlah besar setiap bulannya.
Padahal, katanyq, kegiatan pelatihan sudah sering dilaksanakan baik oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM maupun oleh pihak Bank Indonesia melalui program Kluster Anpulung.
Menurut Supian, pasar domestik juga masih menjanjikan, tinggal bagaimana para perajin meningkatkan kreativitas membuat jenis kerajinan yang disukai generasi milineal saat ini.
Bentuk-bentuk seperti dompet, tas, topi, dan aksesoris bisa diproduksi untuk pasar domestik yang selama ini diakuinya masih kurang dilakukan.
"Para perajin masih fokus memenuhi permintaan dalam jumlah besar dari pengusaha Bali,Jakarta dan Jogja. Bahkan menjelang Harganas kemaren ada pesanan tas purun dalam jumlah besar dari pemerintah daerah," katanya.
Permintaan dari pelanggan tetap di Bali dan jogja umumnya masih dalam bentuk produk setengah jadi, selanjutnya.di tempat tujuan akan di desain dan motif ulang sesuai selera wisatawan didaerah tujuan.
Perajin sudah kehilangan akal tembus Pasar Internasional
Selasa, 9 Juli 2019 11:22 WIB
Apalagi tidak ada jaminan bahwa pembayaran dari hasil penjualan produk kita diluar negeri akan kita terima, seringkali pembayaran baru diterima enam bulan kedepan sehingga perlu modal cukup besar untuk menjadi eksportir produk kerajinan,