Antara, (Antaranews Kalsel) - Mungkin tak terbersit di benak Sri Helda Wati Azni, SP (29 th) untuk kembali mengajar di Raudhatul Athfal (setingkat taman kanak-kanak) di tempat kelahirannya di Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan.
Sejak melahirkan anak pertama, ia berhenti mengajar, sebenarnya wanita kelahiran 23 maret 1989 bisa saja memilih sekolah yang bonafit untuk menjadi tenaga honor atau kontrak karena ia lulusan sarjana.
"Saya ingin lebih bermanfaat bagi orang yang membutuhkan, khusus para janda yang selama ini terpinggirkan," ujar Helda mengatakan alasannya bergabung dengan komunitas/kelompok Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Kalimantan Selatan yang ada di daerahnya Alabio Kecamatan Sungai Pandan.
Selain itu, Hilda juga ingin mencari pengalaman dan wawasan, bercita-cita menjadi bagiab dari inisiator dan penggetak di masyarakat khususnya bagi kaum perempuan, karena kaum perempuan khususnya janda biasanya agak terpinggirkan dan dipandang sebelah mata, masalah streotif dan lainnya.
Selain itu, Hilda juga ingin mencari pengalaman dan wawasan, bercita-cita menjadi bagiab dari inisiator dan penggetak di masyarakat khususnya bagi kaum perempuan, karena kaum perempuan khususnya janda biasanya agak terpinggirkan dan dipandang sebelah mata, masalah streotif dan lainnya.
Entah sudah berjodoh dengan dunia pendidikan, di PEKKA baru saja bergabung dia sudah dipercaya memimpin Divisi Pendidikan, mungkin karena latar belakangnya yang pernah mengajar.
Helda menjalani aktivitasnya membantu pendidikan para lansia dan anak-anak dari para lansia, janda atau keluarga kurang mampu melalui pengajaran yang bisa ia lakukan.
Ada dua desa terpencil di Kecamatan Sungai Pandan yang menjadi semacam wilayah kerjanya yakni Desa Pondok Babaris dan Kayakah. Kondisi jalan yang rusak sudah jadi makanannya setiap kali menuju lokasi desa. Kadang jika musim air pasang lokasi kedua desa ini hanya bisa dikunjungi lewat perahu atau sampan.
Namun Helda menjalani dengan ikhlas dan senang hati karena dirinya ingin bermanfaat bagi orang lain disamping hobby mengajar. Padahal bertugas mengajar ke desa-desa terpencil tanpa ada upah atau insentIf se-sen pun dari PEKKA, kecuali hanya uang transport.
Dirinya juga tidak mengharap imbalan dari para lansia dan anak-anak yang ia beri pengajaran, karena ia tahu mereka berasal dari keluarga miskin atau kurang mampu
"Perlu ekstra kesabaran dalam memberikan pelajaran kepada para lansia, dengan berulang-ulang memberikan materi, lansia yang bawa anak atau cucu juga kami berikan pendidikan bagi anak mereka," kata Hilda.
Hilda mengakui jika di kawasan terpencil masih sering dijumpai anak-anak putus sekolah, selain alasan ekonomi juga sarana infrastuktur jalan yang rusak dan jauh ke lokasi sekolah.
Sebagaimana halnya sekolah umum, para lansia yang sudah menyelesaikan pendidikan pada Program Pendidikan di PEKKA akan mengikuti prosesi wisuda sebagai bentuk kebanggan.
Wanita lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Amuntai Jurusan Agro Teknologi pengolahan tanah mengaku sangat senang bisa mengabdikan diri ditanah kelahirannya, Alabio.
Helda menjalani aktivitasnya membantu pendidikan para lansia dan anak-anak dari para lansia, janda atau keluarga kurang mampu melalui pengajaran yang bisa ia lakukan.
Ada dua desa terpencil di Kecamatan Sungai Pandan yang menjadi semacam wilayah kerjanya yakni Desa Pondok Babaris dan Kayakah. Kondisi jalan yang rusak sudah jadi makanannya setiap kali menuju lokasi desa. Kadang jika musim air pasang lokasi kedua desa ini hanya bisa dikunjungi lewat perahu atau sampan.
Namun Helda menjalani dengan ikhlas dan senang hati karena dirinya ingin bermanfaat bagi orang lain disamping hobby mengajar. Padahal bertugas mengajar ke desa-desa terpencil tanpa ada upah atau insentIf se-sen pun dari PEKKA, kecuali hanya uang transport.
Dirinya juga tidak mengharap imbalan dari para lansia dan anak-anak yang ia beri pengajaran, karena ia tahu mereka berasal dari keluarga miskin atau kurang mampu
"Perlu ekstra kesabaran dalam memberikan pelajaran kepada para lansia, dengan berulang-ulang memberikan materi, lansia yang bawa anak atau cucu juga kami berikan pendidikan bagi anak mereka," kata Hilda.
Hilda mengakui jika di kawasan terpencil masih sering dijumpai anak-anak putus sekolah, selain alasan ekonomi juga sarana infrastuktur jalan yang rusak dan jauh ke lokasi sekolah.
Sebagaimana halnya sekolah umum, para lansia yang sudah menyelesaikan pendidikan pada Program Pendidikan di PEKKA akan mengikuti prosesi wisuda sebagai bentuk kebanggan.
Wanita lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Amuntai Jurusan Agro Teknologi pengolahan tanah mengaku sangat senang bisa mengabdikan diri ditanah kelahirannya, Alabio.
PEKKA Kalsel di Kecamatan Sungai Pandan terbentuk sejak 2011 dan merupakan satu-satunya komunitas PEKKA yang ada di Kalsel, selama 7 tahun jumlah anggotanya sudah mencapai 1.202 orang tersebar di lima kecamatan di Kabupaten HSU.
Aktivitas PEKKA bermacam -macam, selain bidang pendidikan juga membantu para wanita di desa meningkatkan perekonomian dengan memberikan modal usaha dari simpan pinjam.
Aktivitas PEKKA bermacam -macam, selain bidang pendidikan juga membantu para wanita di desa meningkatkan perekonomian dengan memberikan modal usaha dari simpan pinjam.