Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dijadikan lokasi pilot proyek satu-satunya di Indonesia pengembangan sekolah hijau (green school) oleh badan PBB urusan pendidikan dan kebudayaan, Unesco.
Sekretaris Badan penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan Nasional, Henderman Anwar disela-sela acara pengenalan sekolah hijau untuk guru-guru di Banjarmasin, Kamis membenarkan kota ini dipilih untuk pengembangan sekolah hijau.
"Banjarmasin harusnya bersyukur menjadi lokasi sekolah hijau Unesco , karena itu semua pihak yang terlibat terutama pemerintah setempat harus mensukseskan melalui sebuah komitmen," kata Henderman Anwar.
Dalam pengenalan sekolah hijau bagi ratusan guru yang sekolahnya terkena proyek tersebut, dilakukan oleh Mee Young Chol.PHD seorang pewakilan Unesco berkebangsaan Korea Selatan, di sebuah ruangan Rattan Int Hotel.
Menurut pejabat Diknas ini, dipilihnya Banjarmasin lantaran memiki banyak keunikan, seperti lahannya yang pasang surut dimana adanya lapiran pirit dan kadar keasaman air yang tinggi, serta permukaan tanah yang rendah.
"Semua persoalan di Banjarmasin itu sudah diketahui Unesco, makanya dipilih wilayah ini, sebab menurut Unesco banyak yang perlu di pelajari di sini," katanya.
Bila proyek di kota ini berhasil, maka akan mudah diterapkan di wilayah lain di Indonesia malah di dunia,sebab Unesco berkepentingan mengembangan jenis sekolah ini dikaitkan dengan perubahan iklim global belakangan ini.
"Proyek ini merupakan taruhan, bila gagal akan mencoreng nama Banjarmasin bahkan Indonesia, tetapi bila berhasil orang lain didunia bakal mengenal Banjarmasin atau Indonesia lebih luas,"katanya. Makanya Diknas di Jakarta terus memantau tingkat perkembangan proyek ini, tambahnya.
Oleh karena itu ia menyarankan keberhasilan proyek ini dilihat dari kesungguhan semua pihak, kalau perlu pemerintah tak sekedar memberikan imbauan melainkan harus membuatkan sebuah peraturan menuju keberhasilannya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Hesly Junianto menyatakan gembira dipilihnya wilayahnya menjadi proyek internasional, dan itu merupakan sebuah tantangan untuk mensukseskannya.
Proyek Unesco dinilai oleh Hesly Junianto seirama dengan kebijakan Pemkot Banjarmasin yang akan menjadikan kota ini sebuah kawasan hijau nan indah.
Oleh karena itu, pihaknya sudah memilih sekolah-sekolah yang melaksanakan program tersebut tercatat 10 Sekolah Dasar (SD), enam Sekolah menengah Pertama (SMK) dan dua Sekolah Menengah Atas (SMA) dan dua lagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Para guru-guru di sekolah tersebut, oleh Unesco akan dilatih secara rutin setiap kali per bulan, bahkan ada pelatihan yang berlangsung di Jakarta. Bahkan pelatihan di Banjarmasin,pihak Unesco akan mendatangkan tenaga ahli dari Korea Selatan./D/B