Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel H Iderus di Banjarbaru Rabu mengatakan, jumlah warga Kalsel yang masih buta aksara sebesar 1,72 persen dari jumlah penduduk 3.988.793 jiwa atau sebanyak 42.402 jiwa.
Rata-rata warga buta aksara tersebut berusia 45 tahun ke atas. Sedangkan warga yang berusia 15 - 44 tahun hanya 0,1 persen atau 2.018 jiwa.
Sesuai rumusan Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) tambah Idrus, ada lima program yang harus dijalankan dalam mewujudkan pencapaian kemampuan menulis dan membaca atau disebut dengan literasi yaitu melalui program 5 M.
Program 5 M ini yakni menjalankan program keaksaraan yang terintegrasi dengan kesetaraan, menggunakan data yang valid untuk melaksanakan program literasi sehingga dapat menyasar dengan lebih efektif dan efesien.
Selain itu sambungnya, menggunakan berbagai sumber daya antardaerah maupun antarprovinsi untuk mempercepat pencapaian literasi, dan program terakhir yakni memangkas alur birokrasi.
Paling tinggi pencapaian program literasi adalah Kota Banjarbaru sedangkan terendah Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin berada di peringkat kedua.
Iderus mengatakan, pengentasan warga buta aksara mutlak dilakukan secepatnya, mengingat saat ini sudah memasuki era literasi digital.
Asisten II bidang Pembangunan dan Perekonomian Setdaprov Kalsel Hermansyah Manaf mengatakan Pemprov Kalsel sangat mendukung upaya pencapaian literasi.
"Program literasi ini sesuai dengan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kalsel 2016-2022 untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang agamis, sehat, cerdas dan terampil," katanya.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan Pendidikan Kesetaraan dan Keaksaraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Abdul Kahar di Banjarbaru mengatakan, Kalimantan Selatan baru berhasil membebaskan dua macam literasi di masyarakat, yakni literasi membaca dan menghitung, padahal masih ada empat literasi lagi di era digital saat ini yang harus dicapai pemerintah.
Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis.
Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video dan gambar).
Kahar mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Khususnya Dinas Pendidikan jangan puas dulu dengan pencapaian angka literasi yang ada.
"Kita baru membebaskan dua macam literasi dasar yakni membaca dan menghitung, namun masih ada lagi empat macam literasi yang menanti," kata Kahar.
Menurut dia, keempat literasi yang menjadi tantangan ke depan untuk diwujudkan adalah literasi sains, digital, finanasial dan budaya-kewarganegaraan.
Menurut Kahar keberhasilan daerah mencapai literasi lebih disebabkan kerja keras pemerintah daerah dan swadaya masyarakat.
"Anggaran kami di pusat hanya mampu mengcover 100 orang per kabupaten untuk dientaskan buta aksaranya, namun pencapaian di Kalsel khususnya mampu mengentaskan sekitar 2.000 jiwa dalam rentang satu tahun dari 2015 -2016," katanya.
Pencapaian Literasi di Kalsel, kata Kahar, berhasil menyisakan warga buta aksara hanya sebesar 1,72 persen dari jumlah penduduk 3.988.793 jiwa atau sebanyak 42.402 jiwa, padahal angka rata-rata nasional adalah 2.01 persen.
Kedatangan Abdul Kahar ke Banjarbaru dalam rangka menghadiri Peringatan ke-52 Hari Aksara Internasional di Halaman Kantor BP PAUD dan Dikmas Kalsel.