Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sudah tergolong tua, karena berusia 67 tahun pada 14 Agustus 2017 dan ada 15 gubernur yang pernah memimpin wilayah tersebut.
Sebanyak 15 gubernur itu, termasuk ketika masih bernama Provinsi Borneo (Kalimantan) tahun 1945-1950, yaitu Ir Pangeran Mohammad Noor.
Dari belasan Gubernur Kalsel (termasuk Gubernur Kalimantan) tersebut, tentu masing-masing mempunyai kenangan yang cukup monumental sehingga menjadi kenangan atau bukti sejarah dari masa ke masa.
Sebagai contoh Ir P. Moh Noor yang monumental selama perjalanannya membangun Kalimantan atau pulau terbesar di negara kepulauan (nusantara) Indonesia, yaitu pengembangan wilayah Sungai Barito (Barito River Basein).
Pengembangan wilayah Sungai Barito itu menjadi dua bagian, yaitu Waduk Riam Kanan dengan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir P.M. Noor (sekitar 61 kilometer timur laut Banjarmasin) serta pengerukan muara/ambang Sungai Barito.
Kemudian Gubernur Kalsel Dr Mas Mudjani (1950-1953) salah satu monumental dalam membangun provinsi tertua di Pulau Kalimantan ini, yaitu penataan kawasan Banjarbaru.
Ketika Gubernur Murdjani sudah ada sebagian kegiatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel di Banjarbaru (sekitar 35 kilometer utara Banjarmasin), salah satunya keberadaan kantor gubernur, selain di Banjarmasin.
Kantor Gubernur Kalsel di Banjarbaru itu berfungsi hingga kepala daerah provinsi tersebut H. Maksid (1960-1963), dan masih berfungsi sebagai kantor satuan kerja perangkat daerah (SKPD) jajaran pemprov tersebut.
Namun seiring era otonomi daerah tahun 1999, bekas Kantor Gubernur Kalsel tersebut, kini menjadi Kantor Wali Kota Banjarbaru berhadapan dengan Lapangan Murdjani yang selama ini sebagai tempat kegiatan pameran pembangunan.
Banjarbaru yang sejak era otonomi daerah tahun 1999 memisahkan diri dari Kabupaten Banjar, Kalsel yang semua berstatus Kota Administratif, kemudian berdiri sendiri menjadi sebuah kota dengan sebutan kepala daerahnya, wali kota.
"Kota Idaman" Banjarbaru tersebut kini menjadi pusat kegiatan Pemprov Kalsel dengan membangun kawasan perkantoran di sekitar Jalan Trikora, yang belakangan menunjukkan perkembangan cukup pesat, seperti pertumbuhan permukiman.
Monumental pada masa Gubernur Kalsel Raden Tumenggung Arya (RTA) Milono (1953-1957) antara lain membangun Kompleks Pelajar Mulawarman Banjarmasin.
Pada Kompleks Pelajar Mulawarman tersebut selain ada sekolah dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak (PAUD/TK) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), juga terdapat stadion mini yang berdampingi dengan Stadion 17 Mei.
Nama Gubernur Murdjani dan RTA Milono menjadi nama jalan di "Kota Cantik" Palangkaraya, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalsel). Provinsi Kalteng sendiri yang menggunakan motto daerah "Isen Mulang" (pantang mundur) itu, berdiri sendiri atau berpisah dengan Kalsel pada tahun 1957.
Ketika Gubernur Kalsel M. Syarkawi (1957-1959) meresmikan Barabai (165 kilometer utara Banjarmasin), Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah menjadi "Kota Pelajar" dengan pemusatan pendidikan di Kompleks Hevia.
Sebagai simbolis kota pelajar terhadap Kota Barabai yang masa Hindia Belanja berjuluk "Paris van Borneo" dan ketika Presien Soekarno memberi julukan "Bandung Kalimantan" itu, pada batas kotanya ada tugu "bulu ayam" sebuah lambang pelajar.
Sementara pada masa Gubernur Kalsel Kolonel TNI H. Aberani Sulaiman (1963-1969) salah satu monumental dalam perjalanan membangun provinsi ini, antara lain pengadaan Kapal Antasari dengan Perusahaan Daerah Pelayaran "Wasaka" (waja sampai kaputing).
Gubernur Kalsel H. Subardjo Sorosuroyo (Brigjen TNI) dari 1970-1980 salah satu monumental Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin serta Gelanggang Remaja/Gelanggang Olahraga (GOR) Hasanuddin Hadji Madjedi.
Nama Hasanuddin H.M. pada GOR tersebut untuk mengenang Pahlawan Ampera yang gugur saat perjuangan Angktan 1966 dalam menumbangkan rezim pemerintahan Orde Lama. Hasanuddin, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Pada saat Gubernur Kalsel Ir H.M. Said (1980-1995) salah satu yang monumental pembagunan infrastruktur jalan di provinsi yang kini terdiri atas 13 kabupaten/kota dan berpenduduk mencapai empat juta jiwa.
Ketika Gubernur Kalsel Drs H.M. Sjachril Darham (2000-2005) membentuk pengelola alur ambang Sungai Barito, yaitu PT Amba Pers patungan antara Perusahaan Daerah Bangun Banua (milik Pemprov setempat) dengan PT Pelindo III.
Perusahaan patungan itu bertanggung jawab atas pengelolaan alur Ambang Sungai Barito guna kelancaran pelayaran/angkutan laut dari/ke Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, walau dalam keadaan permukaan air pasang surut.
Selain itu, memperjuangkan Bandara Sjamsudin Noor Banjarmasin sebagai embarkasi haji antara, yang kini sudah menjadi embarkasi bisa langsung penerbanganan membawa jamaah calon haji ke Arab Saudi.
Gubernur Kalsel Drs H. Rudy Ariffin M.M. (2005-2015) yang monumental, antara lain membangun Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Gusti Hasan Aman Banjarmasin, peletakan batu pertama pengembangan Bandara Sjamsudin Noor, serta pusat perkantoran pemprov setempat di Banjarbaru.
Sedangkan Gubernur Kalsel H. Sahbirin Noor S.Sos. yang baru menjabat Februari 2016, salah satu yang tergolong monumental adalah keberhasilan memperjuangkan pembangunan pengembangan Bandara Sjamsudin Noor masuk program strategis nasional (PSN).
"Dengan masuknya dalam PSN, ada jaminan pembangunan pengembangan Bandara Sjamsudin Noor yang berkedudukan di wilayah Kota Banjarbaru itu selesai pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo," ujar Wakil Ketua DPRD Kalsel H. Muhaimin.
Selain itu, Gubernur Sahbirin merencanakan pembangunan jalan bebas hambatan (jalan tol) antara Banjarbaru-Batulicin, Ibu Kota Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel, guna mempercepat hubungan dengan wilayah timur provinsi tersebut.
Pembangunan jalan tol tersebut salah satu dari visi-misi Sahbirin ketika mencalon Gubernur Kalsel dan kini masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD provinsi itu (2016-2021).
Peringatan Hari Jadi Ke-67 Pemprov Kalsel, 14 Agustus 2017, bertemakan, "Bagawi Manuntung, Rakyat Himung, Banua Bauntung".
Tema itu dalam bahasa daerah Banjar Kalsel yang terjemahan bebasnya, "Bekerja sampai selesai, rakyat senang, daerah beruntung".