Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Malang, Ikhwani di Banjarmasin Selasa mengatakan, bekantan jantan yang berhasil dievakuasi beberapa waktu lalu, kini kondisinya cukup memprihatinkan.
"Terpaksa hewan berhidung panjang tersebut kita asingkan dari jangkauan manusia maupun lainnya, untuk menghilangkan stresnya," katanya.
Menurut dia, saat ditangkap, kondisi hewan endemik Kalimantan tersebut, dalam kondisi stres berat, selain sebagian wajahnya mengalami lecet.
Sehingga, tambah dia, sangat penting untuk mengurangi stres dan trauma primata itu, sebab bila kondisi tersebut terus berlanjut, bisa menyebabkan kematian.
"Saat primata mengalami stres berat, maka akan sangat mengganggu proses pencernaannya, sehingga bisa menimbulkan kematian," katanya.
Sebelumnya, SBI Kalimantan Selatan mengevakuasi bekantan tersebut, setelah pihaknya mendapatkan informasi dari warga tentang keberadaan hewan khas Kalimantan tersebut.
Ketua SBI Amalia Rizeki mengatakan sejak beberapa tahun terakhir, tambah dia, SBI cukup banyak menemukan adanya bekantan yang berkonflik dengan masyarakat, baik itu masuk permukiman, masuk perkebunan dan lainnya.
Hal itu terjadi, karena diduga banyak bekantan yang terdesak oleh beberapa alasan, seperti kebakaran hutan, alih fungsi lahan dan lainnya, sehingga kelompok bekantan yang sebelumnya hidup tenang di daerah tertentu, harus bermigrasi mencari tempat baru.
Saat bermigrasi tersebut, tidak menutup kemungkinan, bekantan tersebut terpisah dan harus mencari makanan untuk bertahan hidup.
"Dari 30 kali evakuasi yang dilakukan SBI sejak 2014, ada sekitar 10 ekor bekantan yang berkonflik dengan masyarakat, antara lain dengan masuk ke lokasi perumahan," katanya.
Tentang tindaklanjut penanganan bekantan tersebut, tambah Amalia, pihaknya masih akan melihat perkembangannya, bila sudah memungkinkan untuk segera dilepasliarkan, maka akan segera dilepaskan untuk kembali ke habitatnya.
SBI merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan, yang cukup peduli terhadap keberlangsungan hidup hewan endemik Kalimantan ini.
Menurut Amalia Rezeki, saat ini kehidupan kera yang dikenal sangat pemalu tersebut, sekarang ini kehidupannya sudah terancam.