Banjarmasin (ANTARA) - Setiap pagi, puluhan nelayan berkumpul di muara sungai Anjir dekat Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Mereka membawa hasil tangkapan untuk dijual kepada pembeli yang sebagian besar pengepul untuk dijual kembali ke masyarakat di pasar.
Baca juga: PODCAST - Menyibak misteri Pulau Curiak di mata dunia
Transaksi jual beli ikan hasil tangkapan di sekitar Pulau Curiak ini disebut sebagai Pasar Terapung, dimana nelayan dan pembeli bertransaksi di atas perahu.
Nelayan kebanyakan mencari ikan di malam hari hingga menjelang pagi, dan munculnya pancaran matahari terbit menandai berakhirnya aktivitas pencarian ikan secara tradisional di kawasan pesisir sungai Barito yang luas itu.
Sungai Barito adalah rumah bagi berbagai jenis ikan seperti baung, lundu, baga-baga, lais, patin, jelawat, seluang, nila, puyau, sili-sili, handungan dan senggiringan.
Selain ikan, yang paling banyak dicari nelayan adalah udang galah yakni sejenis udang air tawar dengan nama latin macrobrachium rosenbergii. Udang ini memiliki ciri fisik besar, panjangnya mencapai 30 cm dan bercapit besar.
Harga jual udang galah dikenal tinggi, maka ini menjadi daya tarik nelayan mencarinya.
Kaspan Anwari (54) atau lebih populer dipanggil Ipan warga Desa Marabahan Baru menjadi salah satu nelayan yang aktif mencari ikan di kawasan Pulau Curiak.
Dia mengaku kawasan tersebut menjadi tempat berkembang biak ikan dan udang dengan jumlah yang melimpah.
Kondisi ini terjadi setelah adanya upaya konservasi bekantan di Pulau Curiak oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) sejak 2015 dan diresmikannya Stasiun Riset Bekantan pada Juli 2018.
Sebagai nelayan tradisional, Ipan sering berjumpa dengan bekantan di kawasan Pulau Curiak yang sekarang menjadi Stasiun Riset Bekantan.
Baca juga: Ahli konservasi ULM tingkatkan populasi udang galah di perairan Barito
Kini Ipan bergabung dengan SBI menjadi relawan konservasi bekantan sekaligus pemandu wisata bagi wisatawan yang datang mengunjungi Pulau Curiak, tanpa meninggalkan mata pencaharian utamanya sebagai nelayan.
Hal senada disampaikan Rapi, nelayan lainnya dari Desa Anjir Muara 1 ysng merasa senang hasil tangkapan baik udang galah maupun ikan air tawar mulai ramai lagi setelah kawasan Pulau Curiak dihutankan kembali dengan ditanami pohon mangrove rambai.
Udang galah kini menjadi komoditas unggulan bagi hasil tangkapan nelayan di kawasan Pulau Curiak dan menjadi sumber pendapatan utama di samping bertani sawah pasang surut.
Mengais rezeki pada kehidupan bekantan di Pulau Curiak
Oleh Firman Minggu, 20 Juli 2025 17:15 WIB
Aktivitas nelayan mencari ikan di Pulau Curiak kawasan aliran sungai Barito Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO-SBI)
