Jakarta, (Antaranews Kalsel) - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo optimistis perusahaan switching milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), PT Jalin Pembayaran Nusantara (JPN), akan mampu berkembang dan bersaing dengan perusahaan switching lainnya.
Pria yang akrab dipanggil Tiko tersebut menyebutkan, sebanyak 61.000 Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik Himbara nantinya akan menjadi aset JPN, tidak lagi jadi milik bank Himbara. JPN sendiri saat ini masih akan fokus melayani bank-bank BUMN.
"Investasi-investasi baru, nanti otomatis dilakukan oleh JPN, sehingga JPN benar-benar jadi perusahaan independen yang menyediakan infrastruktur bagi kita. Konsepnya, nanti mereka yang menjadi pemilik infrastruktur tersebut. Mungkin baru dua tahun akan tuntas," ujar Tiko saat jumpa pers di Kantor Pusat Bank Mandiri, Jakarta, Selasa.
Keberadaan JPN sendiri, lanjut Tiko, memang akan menjadikan bank BUMN lebih efisien. Misalnya untuk penyediaan ATM keempat bank BUMN sekitar 5.000-6.000 ATM per tahun, di mana harga pembelian per ATM mencapai 7.000 dolar AS.
Kini, dengan adanya JPN, keempat bank tersebut tidak perlu lagi membeli ATM sebanyak jumlah tersebut. Dengan demikian, bank-bank pun dapat menekan biaya-biaya yang cukup besar untuk pembelian ATM dan pemeliharaannya sehingga lebih efisien.
Apabila semakin efisien, maka biaya-biaya tarik tunai dan transfer di ATM Himbara sendiri pun dapat lebih murah.
"Untuk biaya operasional, dari sisi maintanance dan pengelolaan kas, sedang dihitung. Apabila sudah terlihat biayanya, tentunya untuk transfer dana sendiri akan kita turunkan terus," ujar Tiko.
Saat ini, biaya transfer melalui ATM Link antarbank BUMN disepakati sebesar Rp4.000 per transaksi. Sementara, biaya transfer antarbank ke non-bank BUMN sebesar Rp6.500 per transaksi. Adapun transaksi tarik tunai dan cek saldo, tidak dikenakan biaya kepada nasabah alias gratis.
PT JPN merupakan perusahaan prinsipal pengelola ATM/Debit Bank BUMN yang dibentuk empat Bank BUMN melalui kerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk.
Setelah berdiri, JPN akan berada di bawah induk usaha (holding) BUMN perbankan yang dipimpin PT Danareksa. Adapun "holding" BUMN tersebut beranggotakan empat bank BUMN, serta PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani.
Pembentukkan perusahaan "switching" BUMN itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan efisiensi perbankan BUMN dalam menjalankan sistem pembayaran, terutama di mesin ATM dan mesin perekam data elektronik (electronic data capture/EDC).
Selain efisiensi biaya dana karena tidak lagi menggunakan perusahaan "switching" rekanan, masing-masing perbankan BUMN juga dapat menekan biaya operasional, karena ATM bank BUMN akan terintegrasi satu sama lain bernama ATM Himbara (Himpunan Bank-Bank Negara). Selanjutnya, efisiensi dana akan menyebabkan penurunan biaya transaksi seperti tarik tunai dan transfer di ATM Himbara untuk nasabah.
PT JPN sendiri baru saja mendapatkan izin prinsipal kartu debit dari Bank Indonesia, sehingga kini perusahaan tersebut dapat beroperasi secara penuh seperti tiga perusahaan 'switching' lainnya yaitu PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama), PT Rintis Sejahtera (PRIMA), dan PT Daya Network Lestari (Alto/f).