Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah untuk mewaspadai potensi banjir serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang dapat terjadi secara bersamaan di sejumlah wilayah Indonesia dimulai dalam beberapa hari ke depan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, berdasarkan pemantauan prakiraan cuaca, beberapa daerah diprediksi mengalami cuaca ekstrem dengan hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang.
“Wilayah yang berisiko tinggi meliputi sebagian besar Sumatera bagian barat dan tengah, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Papua bagian barat,” kata Abdul di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kondisi tersebut meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, serta angin kencang. BNPB meminta pemerintah daerah meningkatkan kesiapsiagaan, termasuk kesiapan jalur evakuasi, logistik, dan sarana darurat.
Baca juga: Presiden perintahkan penanganan cepat dampak gempa M6,3 Bengkulu
Di saat bersamaan, sejumlah wilayah lain justeru mengalami cuaca kering dan suhu tinggi yang dapat meningkatkan risiko karhutla khususnya di Riau, Kalimantan Barat, dan sebagian Sumatera Selatan, pada dasarian ketiga Mei, dan puncaknya diperkirakan Juli- awal Agustus.
Hasil monitoring indeks IOD dan El Niño-Southern Oscillation (ENSO) pada dasarian terakhir menunjukkan Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada kategori Netral dengan indeks 0.392, fase IOD Netral diprediksi akan bertahan hingga semester kedua tahun 2025.
Sementara itu, anomali suhu permukaan laut (SST) menunjukkan indeks sebesar 0.029, kondisi ini mengindikasikan ENSO Netral dan diprediksi akan tetap Netral hingga semester kedua tahun 2025.
“Kondisi sebagian wilayah mengalami kekeringan sementara wilayah lain cuaca ekstrem diguyur hujan deras. Ini menciptakan kondisi kontras yang memperbesar risiko karhutla dan banjir,” jelas Abdul.
Baca juga: BNPB pastikan 15 korban banjir bandang Arfak meninggal dunia
Ia menegaskan pentingnya patroli terpadu di wilayah rawan karhutla, pemadaman dini titik api, serta pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar. “Kami juga mengimbau masyarakat tidak membakar lahan dalam kondisi apapun karena bisa memperparah situasi,” ujarnya.
Abdul menekankan pentingnya peran aktif seluruh elemen masyarakat dalam menghadapi potensi bencana yang semakin kompleks.
BNPB meminta masyarakat tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak selama periode transisi musim ini. Begitupun dengan fungsi koordinasi yang diharapkan harus terus dilakukan kementerian dan lembaga terkait agar informasi cuaca dan risiko bencana tersampaikan secara cepat dan akurat kepada masyarakat.
Khusus para petugas lapangan, BNPB mengharapkan personel yang disiagakan dapat turun melakukan pemantauan harian terhadap wilayah rawan, serta memperbarui data secara berkala untuk kebutuhan pengambilan keputusan cepat. “Dengan meningkatnya ketidakpastian cuaca, masyarakat diimbau mengikuti informasi resmi dan segera melapor ke BPBD setempat jika terjadi kondisi darurat,” tutupnya.
Baca juga: BNPB: Bencana hidrometeorologi dominasi Indonesia 24 jam terakhir
Peringatan tersebut selaras dengan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang sebelumnya menyatakan 2025 adalah musim kemarau basah. BMKG memprediksi bahwa curah hujan akan mengalami variasi di berbagai wilayah Indonesia sepanjang musim kemarau tahun ini.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa pada April umumnya berada pada kategori hujan menengah-tinggi. Beberapa wilayah diprediksi mengalami curah hujan sangat tinggi (>500 mm/bulan), seperti sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
Kemudian Mei, umumnya berada pada kategori rendah-menengah. Beberapa wilayah yang masih berpotensi mengalami curah hujan tinggi meliputi sebagian kecil Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
Pada periode Juni–Juli diprediksi berada dalam kategori rendah-menengah untuk sebagian besar zona musim di Indonesia. Namun, curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah bagian timur, Maluku, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
Baca juga: BNPB dorong industrialisasi kebencanaan lewat sinergi multipihak
Dari akhir Juli ke Agustus terdapat kecenderungan peningkatan potensi karhutla di wilayah Sumatera bagian selatan serta perluasan area terdampak di Kalimantan bagian selatan. "Juli sudah memasuki musim kemarau monsunal di beberapa wilayah dengan peningkatan intensitas serta perluasan wilayah terdampak dibanding bulan sebelumnya," kata Dwikorita
.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Bernadus Tokan