Banjarmasin (ANTARA) - Guru Haji Saiful Anshari mengungkap rahasia 'Idul Adha dan Hari Raya Haji, dalam tausiyahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sesudah Shalat Subuh Ahad.
Ia menerangkan, pengertian Adha yaitu penyembelihan hewan qurban yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Oleh sebab itu, dalam melaksanakan ibadah qurban tersebut harus dengan karena Allah, buan karena sesuatu selain Allah," jelas Guru Saiful.
Sedangkan Hari Raya Haji, karena merupakan puncak pelaksanaan ibadah haji atau rukun Islam yang kelima (jika mampu).
"Kenapa dikatakan puncak ibadah haji? Karena pada sembilan Zulhijjah wukuf di Arafah. Bila sembilan Zulhijjah tidak wukuf di Arafah, makan bukan haji atau ibadah hajinya tidak sah," ujar Guru Saiful.
Guru Saiful juga mengungkap perbedaan Hari Raya Fitrah (Idul Fitri,) dengan Idul Adha antara lain pada kegiatan takbiran yaitu untuk Hari Raya Fitrah sebelum shalat 'id,. sedangkan Idul Adha selum shalat 'id hingga hari "tasyrik" (13 Zulhijjah) dianjurkan sesudah Shalat fadfu.
Begitu pula larangan berpuasa, pada Hari Raya Fitrah hanya 1 Syawal, sementara dalam suasana Hari Raya Haji di hari-hari tasyrik atau selama empat hari (10 - 13 Zulhijjah), lanjut Guru Saiful
Dalam tausiyahnya, Guru Saiful secara singkat menceriterakan asal usul ibadah qurban serta rangkaian terkait pelaksanaan ibadah haji yang bermula dari peristiwa Nabi Ibrahim alaihi salam (as) bersama anak dan istrinya (Ismail & Siti Hajar).
Pada kesempatan itu pula, dia menerangkan tentang pelaksanaan ibadah haji dari Indonesia yaitu apa yang selama ini terkenal dengan haji reguler belakangan ini ada menunggu beberapa tahun giliran dari pemerintah.
"Ada pula sebutan 'hsji plus' dan 'haji porada' yang sistemnya juga berbeda-beda, misalnya tanpa tiket masuk Arafah, tapi keberangkatan bersamaan dengan jamaah lain. Oleh karena itu, harus hati-hati," demikian Guru Saiful Anshari.