Banjarmasin (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menggalakkan program "Siska Ku Intip" untuk menekan defisit 1.523 ton daging sapi per tahun.
Program Siska Ku Intip kepanjangan dari Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma yang dijalankan Pemprov Kalsel sejak beberapa tahun lalu.
Baca juga: Empat program prioritas Disbunnak Kalsel dikembangkan pada 2024
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Roy Rizali Anwar di Banjarmasin, Rabu, mengatakan program Siska Ku Intip cukup efektif untuk menekan kekurangan kebutuhan daging sapi hingga data populasi sapi mencapai 191.375 ekor di Kalsel pada 2023.
"Dari data sementara pada 2023, ketersediaan daging sapi sebanyak 5.507 ton sedangkan kebutuhan daging sapi mencapai 7.030 ton atau defisit 1.523 ton setara 11.451 ekor," katanya.
Roy menuturkan Pemprov Kalsel berupaya meningkatkan populasi dan produksi daging melalui program Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri atau "Siskomandan" yang setiap tahun mampu melahirkan anak sapi atau pedet sebanyak 28.000 ekor.
Namun akibat keterbatasan pakan dan jumlah pelaku usaha penggemukan sapi/feedlooter di Kalsel, beberapa sapi bakalan hasil program itu dijual ke luar Provinsi Kalsel.
"Atas dasar tersebut, Pemprov Kalsel menciptakan inovasi berbasis penguatan sinergi dan kolaborasi multi pihak (Pentahelix), yaitu pelibatan pemerintah, pelaku usaha atau swasta, akademisi, pekebun atau peternak dan komunitas," sebutnya.
Baca juga: Gubernur Kalsel raih Anugerah Perkebunan Indonesia 2023 pada program Siska Ku Intip
Selain pertambangan, kebun sawit merupakan sektor penyumbang kedua di Kalsel yang memiliki potensi kebun sawit.
Salah satu program Siska Ku Intip memanfaatkan kebun sawit menjadi area peternakan sapi potong dengan harapan dapat berkembang mencapai swasembada daging di seluruh Kalsel pada 2032.
"Kita mengharapkan kolaborasi dengan semua pihak dan semua sektor program ini sangat dibutuhkan karena road map ini sangat diperlukan untuk memperlancar program Siska Ku Intip," jelasnya.
Ditambahkan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel drh. Suparmi, untuk ekspos "road map" Siska Ku Intip akan dilaksanakan di wilayah yang sudah teridentifikasi.
"Kita sudah ada sekitar 250.000 hektare lahan yang cocok untuk pengembangan program Siska Ku Intip ini," kata Suparmi.
Saat ini, terdapat 22 perusahaan kelapa sawit yang sudah berkomitmen dan 26 klaster Siska Ku Intip.
"Terkait dengan penyusunan prospektus ini ada 14 klaster Siska Ku Intip yang akan kami ekspos untuk menarik para investor," tutur Suparmi.