"Bahkan dua di antaranya telah meninggal dunia," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Diauddin di Banjarmasin, Rabu.
Baca juga: Demam berdarah renggut tiga nyawa anak di Tapin
Baca juga: Demam berdarah renggut tiga nyawa anak di Tapin
Diauddin menyampaikan kasus DBD pada awal tahun ini meningkat jika dibanding tahun lalu pada periode yang sama.
"Jadi kalau dibandingkan Januari tahun lalu dengan tahun ini ada peningkatan, Januari tahun lalu tidak sampai 80 kasus, sekarang baru pertengahan Januari 2024 sudah lebih," tuturnya.
Namun jika dibandingkan satu tahun lalu, kata Diauddin, kasus DBD cukup banyak mencapai 3.113 kasus dengan angka kematian sebanyak 20 orang.
Dia mengatakan kasus DBD tertinggi pada 2023 di Kabupaten Banjar, kemudian Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah.
"Kalau awal tahun ini yang ditemukan banyak kasus itu di Kota Banjarbaru, juga di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah," ucap Diauddin.
Meskipun angka kasus penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti tersebut meningkat cukup signifikan, Diauddin menyatakan belum meningkatkan status kejadian luar biasa (KLB).
Baca juga: DPRD Kalsel harapkan penanganan DBD lebih intensif
Baca juga: DPRD Kalsel harapkan penanganan DBD lebih intensif
"Belum sampai KLB DBD lain provinsi kita," katanya menegaskan.
Pemprov Kalsel mengimbau semua masyarakat waspada penularan penyakit ini dengan menerapkan kebersihan lingkungan agar nyamuk tidak bisa berkembang biak.
"Pemerintah kabupaten/kota juga diminta untuk meningkatkan sosialisasi waspada DBD ke masyarakat," tuturnya.
Apalagi pada musim hujan cukup tinggi ini, se makin memudahkan nyamuk DBD untuk berkembang biak di genangan air.
"Karenanya kita harus memberantas bersama," ucap Diauddin.
Baca juga: Hari DBD 2023: Kalsel tingkatkan waspada karena kasusnya lebih 600
Baca juga: Hari DBD 2023: Kalsel tingkatkan waspada karena kasusnya lebih 600