Menurut Kepala Arkeolog Kalsel, Bambang yang melakukan peninjauan dibekas temuan meriam itu, ditemukan juga tumpukan atau susunan bata yang di perkirakan sisa bangunan megah Fort Tatas.
"Dari ukurannya batu bata ini merupakan sisa benteng Tatas milik Kolonial Belanda pada abad ke-18," ujarnya di Banjarmasin, Selasa.
Ia menambahkan, hal ini didasarkan pada warnanya yang lebih merah dan bentuknya yang lebih besar.
"Penemuan batu bata ini sangat mirip dengan sisa bangunan Benteng Tabanio yang juga merupakan benteng pertahanan kolonial Belanda kala itu. Namun semua perlu penelitian yang lebih dalam," jelasnya.�
Hal senada disampaikan Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina, yang berharap di sekitar lokasi temuan benda perang tersebut bisa diteliti lebih dalam lagi.
sebab, lanjut dia, biasanya temuan seperti meriam dan bata bisa disertai peninggalan lainnya.
"Kita berharap temuan ini bisa menjadi bagian dari pariwisata di Kota Seribu Sungai," jelasnya.�
Sementara itu proses pengangkatan meriam yang ditemukan sehari sebelumnya berlangsung cukup lama dan harus menggunakan mesin excavator. Bahkan, Jalan Jendral Sudirman, tepatnya diseberang Masjid Raya harus ditutup selama beberapa jam selama proses pengangkatan meriam peninggalan kolonial Belanda tersebut.
Meriam tersebut memiliki panjang 2,9 meter dengan lingkar belakang 50 cm, lingkar depan 30 cm dan diameter keluarnya peluru 12 cm. Setelah itu, �meriam tersebut dipindahkan ke Balaikota.