Banjarmasin (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN Kao Kim Hourn meminta para pejabat di provinsi Pulau Kalimantan berkolaborasi untuk mewujudkan percepatan transisi hijau dalam rangka membantu menentukan arah ASEAN yang netral karbon pada masa akan datang.
Kao Kim Hourn menyampaikan hal itu dalam sambutan daring pada kegiatan International Seminar di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang mengangkat tema “Advancing green initiatives for the sustainable kalimantan through action and collaboration”.
Baca juga: Nur Aimah menambah koleksi medali Indonesia di tingkat Internasional
“Seminar Internasional ini mengumpulkan para ahli keuangan dan akademisi yang berpengetahuan luas untuk memberikan arahan pembuat kebijakan untuk perkembangan Kalimantan yang baru,” kata Kao Kim Hourn di Banjarmasin, Kamis.
Dia menyebutkan di tengah inisiatif keberlanjutan untuk mengimplementasikan transisi hijau, namun akses pendanaan menjadi tantangan utama hingga saat ini.
“Otoritas moneter Singapura memperkirakan ASEAN membutuhkan 200 miliar dolar AS per tahun hingga 2030 untuk beralih ke transisi hijau,” ujar Kao Kim Hourn.Meskipun sektor pendanaan menjadi tantangan utama, Kao Kim Haorn optimistis melalui pertukaran ide dan gagasan pada seminar internasional yang diselenggarakan di Kalsel mampu memajukan inisiatif hijau untuk Kalimantan dan komunitas ASEAN yang berkelanjutan serta dengan kolaborasi melalui tindakan nyata.
Dia juga menyebutkan sektor swasta memiliki peran besar sebagai salah satu pelaku utama dalam perjalanan dekarbonisasi tersebut.
Baca juga: ASEAN sepakat tegakkan Konvensi Hukum Laut 1982
Ia mengatakan pula, dalam beberapa waktu lalu pertemuan di Kota Semarang, Menteri-Menteri Ekonomi se-ASEAN telah mengadopsi “The ASEAN Strategy for Carbon Neutrality” untuk menentukan strategi arah masa depan ASEAN yang netral karbon.
Kao Kim Haorn menuturkan ada empat hasil kunci strategi tersebut yakni membantu mengembangkan industri hijau, memungkinkan interoperabilitas, memastikan kepatuhan terhadap standar global, dan mendorong pengembangan kapabilitas atau potensi ekonomi hijau.
Lebih lanjut, dalam upaya pembangunan komunitas ASEAN melalui ASEAN Community Vision 2025 menekankan fokus regional pada perlindungan lingkungan, perubahan iklim, teknologi hijau, serta pembangunan.“Kolaborasi transisi hijau ini sangat penting untuk pertumbuhan dan keberlanjutan negara ASEAN di masa depan,” ungkap Kao Kim Haorn.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan (BI Kalsel) Wahyu Pratomo mengatakan kegiatan seminar internasional yang diselenggarakan berkolaborasi dengan Pemprov Kalsel untuk memajukan inisiatif hijau menuju Kalimantan yang maju yang netral karbon.
Baca juga: Article - Japan, Australia, Canada to strengthen cooperation with ASEAN
Dia mengungkapkan pada tahun lalu juga diselenggarakan seminar internasional, namun lebih kepada konsep dan gagasan.
Ia menyebutkan pelaksanaan seminar tahun ini selangkah lebih maju yakni dengan aksi nyata di lapangan.
“Transisi hijau merupakan peradaban yang melestarikan lingkungan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan datang,” ungkap Wahyu.