Banjarmasin (Antaranews Kalsel)- Sultan Banjar Haji Khairul Saleh yang juga dikenal sebagai Sekjen Kerapatan Raja Sultan Borneo menjadi tamu keormatan saat digelarnya festival Kraton Matan Tanjungpura.
"Saya bahagia menjadi tamu kehoramatan dalam festival yang dihadiri para sultan tersebut," kata Haji Khairul Saleh via email kepada Antara Kalsel, di Banjarmasin, Sabtu.
Hadir pada festival tersebut antara lain Raja Matan Tanjungpura,Pangeran Ratu Kertanegara Gusti Kamboja, Raja Sambas Al Watsiqbilah, Pangeran Ratu Muhammad Tarhan, Raja Surya Negara, Pangeran Ratu Dr Gusti Suriansyah, Raja Ngabang Pangeran Ratu Gusti Rusli, Majelis Kerajaan Kalbar, dan lainnya.
Saat itu Khairul Saleh menyampaikan selamat atas digelarnya perhelatan Festival Keraton Matan Tanjungpura Ke-V tahun 2016.
Kegiatan Festival itu merupakan bagian dari cara dan momentum bersama untuk tidak sekadar merakatkan dan merapatkan tali silaturahmi antar raja sultan se-Borneo, namun juga merapatkan tali silaturahmi antarraja sultan se-Nusantara.
Silaturahmi ini juga menegaskan posisi eksistensi Raja-Sultan dalam mengawal kepribadian bangsa yang luhur dan menegaskan identitas ke-Nusantaraan yakni adanya negeri negeri yang masih memiliki peradaban yang luhur walaudalam arus globalisasi dan masuknya Masyarakat Ekonomi Asia saat ini.
Dalam kesempatan ini juga disampaikan oleh Khairul Saleh sejak dibentuknya Kerapatan Raja Sultan Borneo, dimana Istana Keraton Matan Tanjung Pura ini sebagai saksi sejarah pembentukan Kerapatan Borneo tahun 2013.
Karena kesibukan tugas, maka Khairul Saleh mengaku masih belum memberikan banyak aktifitas dan kontribusi pada forum Kerapatan raja sultan Borneo.
Tetapi sebagaimana dipahami bersama dan disepakati bersama, bahwa saling bertemu dalam kegiatan dan even masing-masing keraton/kesultanan dan kerajaan merupakan bagian �janji-janji� bersama dalam menguatkan aktifitas program kerja Kerapatan Raja Sultan Borneo atau sebagai bentuk konsolidasi kita untuk saling menguatkan eksistensi keraton pada masyarakat sekitar, masyarkat dan regional-nasional serta internasional.
Khaerul Saleh juga menyampaikan, Kerapatan raja sultan Borneo akhir-akhir ini mengamati bahwa masyarakat di masing-masing daerah sejak dibukanya kran peran dan fungsi kesultanan di NKRI ini lewat Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, sudah merasakan adanya Nuansa Kebatinan, yang dimaknai sebagai bentuk keberterimaan besar kehadiran dan peran Kesultanan/Kerajaan dalam menjunjung nilai adat dan budaya.
Nuansa Kebatinan ini menurut Khairul Saleh perlu disikapi di masing-masing negeri, tanah adat Keraton/Kesultanan dimana pun berada.
Situasi politik yang semakin mendegradasikan etika, kondisi sosial masyarakat yang permisif mendorong adanya kerinduan yang teramat dalam bagi masyarakat akan peran dan fungsi kesultanan.
"Meskipun kita tidak bisa memungikiri adanya sebagian masyarakat menganggap eksistensi Kesultanan/Kerajaan/Keraton Nusantara tidak lebih menghidupkan feodalisme baru. Namun semua itu sudah tergerus dengan pembuktian dan peran kita di masing-masing negeri, tanah adat Kesultanan/ kerajaan/Keraton," katanya.
Ia juga menyampaikan fakta hadirnya regulasi pemerintah yang mendorong setiap pegawai di kalangan Kementerian menggunakan baju adat termasuk sampai ke daerah pada pegawai pemerintahan adalah bentuk Nuansa Kebatinan yang bersama menjunjung nilai-nilai adat dan budaya nusantara. Tentu pijakan simbol adat tidak bisa lepas dari simbol dan nilai adat yang merupakan buah warisan-warisan produksi budaya keraton/kerajaan dan kesultanan.
Realitas dirasakan merupakan kabar baik bagi kesultanan/kerajaan dan keraton. Artinya konstruksi posisi, sikap dan kebijakan kesultanan/kerajaan dan keraton seyogyanya tidak sekadar pada aktifitas di Hilirnya saja, yakni pementasan seni-budaya keraton yang saat ini sudah bermitra dengan para pemangku adat, seniman budayawan daerah dan Pemerintah Daerah maupun pusat dalam event tahunan.
Tetapi bagaimana kehadiran kita Kesultanan/ Kerajaan /Keraton ini bergerak pada Hulunya juga dalam tahun-tahun mendatang(2x sebut) .
Hulunya yang dimaksudkan adanya peran-peran pengambilan keputusan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta membangun peradaban Ke-Melayuan Nusantara.
Tentu tujuan ini ingin menegaskan Kesultanan/kerajaan/keraton Keraton merupakan warisan nusantara yang masih hidup dan mewarnai peradaban bangsa dan NKRI sampai saat ini.