Barabai, (Antaranews Kalsel) - Sang maestro budayawan dan seniman Kalimantan Selatan Astaprana Hikmadiraja Abdul Wahab (AW) Syarbaini yang selama ini dikenal sebagai budayawan yang menjadi panutan bagi seniman daerah itu, kini telah tiada.
Beliau meninggal dunia saat dalam perjalanan dari kampung halamannya Desa Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah menuju Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin pada hari rabu (11/05) sekitar pukul 15.40 wita.
Kepergian Syarbaini, meninggalkan duka yang mendalam, bukan hanya bagi keluarganya, tetapi juga masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah, maupun para seniman daerah.
Tidak terkecuali Bupati HST H Abdul Latif turut berbela sungkawa dan dan berharap semoga keluarga yang ditinggalkan sabar, tabah dan tawakal.
"Beliau merupakan panutan kita semua dan berkat dia kesenian dan kebudayaan seperti musik karawitan Banjar, panting, tari, japin bakisah, wayang kulit, wayang gung dan seni tradisi lainnya terus berkembang hingga sekarang," katanya.
Lupi Anderiani, yang merupakan anak almarhum mengungkapkan bahwa ayahnya mengalami sakit gangguan pernafasan dan saat diperjalanan menuju RSUD Ulin Banjarmasin akhirnya beliau meninggal.
Syarbanini lahir di Desa Barikin, Kecamatan Haruyan pada 8 Mei 1955. Selama hidup beliau aktif ciptakan tarian dan pertahankan budaya tradisional Banjar yang juga merupakan pimpinan sanggar seni Ading Bastari di Simpang Empat Barikin, Kecamatan Haruyan.
Disamping itu, Syarbaini juga aktif menggelar dan merevitalisasikan musik karawitan Banjar, panting, tari, japin bakisah, wayang kulit, wayang gung dan seni tradisi lainnya.
Anggota Tim Kesenian Kalimantan Selatan pada Pekan Wayang Indonesia II di Jakarta (1974), Pekan Tari Rakyat Nasional (1976), Festival Jakarta (1978), dan pelatih tari di SMA Negeri 2 Surabaya (1982).
Pembina Dewan Kesenian Murakata (DKM) sambil terus menggelar pertunjukan musik, tari dan teater tradisi di pelosok-pelosok Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Selama lebih dari seperempat abad aktif dan kreatif berkesenian, ia telah mendapatkan berbagai penghargaan dan diantaranya adalah Penghargaan Festival Dalang Remaja di Banjarmasin pada tahun 1970, kemudian juga meraih Penghargaan Pekan Wayang Indonesia II di Jakarta pada tahun 1974.
Selanjutnya Penghargaan Tenaga Pembina Kesenian se Kalimantan Selatan di Banjarmasin tahun 1977. Penghargaan Festival Jakarta di Jakarta tahun 1978 dan Penghargaan Peserta Pertukaran Duta Seni dan Festival Tari Rakyat di Amuntai tahun 1979.
Tidak sampai disitu, karena kepiawaiannya dalam menciptakan tarian ia juga mendapat Penghargaan Pekan Tari Rakyat Tingkat Nasional di Jakarta tahun 1981 serta menerima Penghargaan sebagai Pelatih Tari SMA Negeri 2 – III IPAV di Surabaya tahun 1982.
Penghargaan Peserta Pekan Drama Tari dan Teater Daerah Tingkat Nasional di Jakarta tahun 1985. Diteruskan dengan menerima Penghargaan Tim Kesenian Kalimantan Selatan pada Peringatan HUT RI ke – 40 di Jakarta juga tahun 1985.
Masih dalam tahun yang sama Sarbai juga memperoleh STTPL dari kegiatan Diklat Tenaga Teknis Seni Tari di Cipayung, Bogor.Penghargaan Peserta Kegiatan Workshop Tari di Banjarmasin tahun 1987, Penghargaan Panitia Pelaksana Temu Karya Masyarakat Seni Pedalangan se Kalimantan Selatan di Banjarmasin juga tahun 1987.
Selanjutnya Penghargaan festival Tari Nusantara Tingkat Nasional di Jakarta tahun 1994. Penghargaan Sepekan Pergelaran Apresiatif Seni di Banjarmasin tahun 1998. Penghargaan Festival Nasional Teater Anak-anak di Jakarta tahun 1999 dan terakhir menerima Penghargaan Festival Musik Tradisional Anak Nusantara Tingkat Nasional di Jakarta pada tahun 2000.
Sang Maestro Budaya Banjar Itu Kini Tiada
Jumat, 13 Mei 2016 18:39 WIB
Beliau merupakan panutan kita semua dan berkat dia kesenian dan kebudayaan seperti musik karawitan Banjar, panting, tari, japin bakisah, wayang kulit, ...