Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Ketua Tanfiziah Nahdlatul Ulama (NU) Wilayah Kalimantan Selatan H Syarbaini Haira berpendapat, kondisi bangsa Indonesia kini memprihatinkan.
Karena mulai terkikisnya budaya gotong royong dan kebersamaan. Malah mengarah pada kepentngan pribadi atau individualis, lanjutnya di Gedung NU Kalsel, Jalan A Yani km12 Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar, Kamis.
"Bahkan terkesan tidak ada tenggang rasa atau perhatian terhadap mereka yang tidak mampu," tandas dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin itu.
Ia berharap, agar anggota dewan yang terpilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif 2014 mampu memperbaiki masalah bangsa dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki, bukan justru sebaliknya terjadi politik transaksional.
"Kalau terjadi poliitk transaksional, ini kan parah, dan NU menilai hal tersebut merupakan masalah bangsa yang perlu dicari bersaa solusinya," demikian Syarbaini Haira.
Sementara itu, Sekretaris NU Kalsel H Nasrullah AR mengajak kaum nahdien (keluarga besar organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan tersebut) agar berpartisipasi dalam kegiatan politik, terutama pada Pemilihan Presiden (Pilpres) mendatang.
Ajak tersebut, menurut anggota DPRD Kalsel dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut, cukup beralasan, karena jumlah kaum nahdien sangat besar di provinsi ini, yang kini berpeduduk lebih empat juta jiwa.
"Untuk itulah, NU perlu memberikan kesadaran politik kepada umat, seperti berpartisipasi pada Pemilu legislatif lalu serta Pilpres, khususnya memilih calon yang tepat untuk memimpin bangsa Indonesia ke depan.
"Intinya, agar warga Nahdien sadar pada budaya politik dan menggunakan hak pilihnya," tandas Sekjen Pimpinan Nasional Angkatan Muda Ka`bah itu di sela-sela Seminar Pra Munas Alim Ulama dan Konfrensi Besar (Konbes) NU 2014.
Ia menegaskan, NU sendiri bersifat netral dan tidak berpolitik praktis, serta tak memihak partai politik manapun, walau sebagian besar pengurus merupakan anggota partai politik (Parpol).
"NU tidak terlibat politik praktis, dan tetap netral, serta siap memberikan kritik membangun pada pemerintah, walaupun NU sendiri menghormati pilihan pribadi atau anggota pengurus," katanya.
Selain itu, mengritisi pemerintah, dan NU juga akan mencermati visi misi yang disampaikan calon presiden dan wakil presiden mendatang dari berbagai aspek, seperti politik, budaya, ekonomi dan lainnya.
Mengenai seminar yang melibatkan akademisi serta pihak terkait lainnya, dia menyatakan, hal tersebut akan menjadi masukan pada Konfrensi Besar (Konbes) NU di Cilacap, Jawa Tengah pada Juni mendatang.