Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan, menyatakan sekitar 1.200 hektare kebun karet di sejumlah kecamatan terserang penyakit gugur daun.
Penyakit yang disebabkan jamur pestalotiopsis sp ini berdampak pada produksi sadapan karet petani yang turun hingga 30 persen.
"Sebaran serangan penyakit gugur daun terjadi di delapan kecamatan dengan total luas 1.200 hektare," jelas Kepala Bidang Pengendalian dan Penanggulangan Disbunnak Kabupaten Tabalong, Rahmani di Tabalong, Sabtu.
Rinciannya, Kecamatan Muara Uya 31,5 hektare, Bintang Ara 212,5 hektare, Jaro 40 hektare, Haruai 20,5 hektare, Upau 70 hektare, Tanjung 153 hektare, Murung Pudak 319 hektare dan Tanta 359 hektare.
Untuk mengatasi serangan penyakit gugur daun ini Disbunnak setempat memberikan edukasi kepada petani agar menjaga kebersihan kebun, mengoptimalkan pemupukan, atur pola tanam hingga penyemprotan fungisida pembasmi jamur.
"Edukasi kita berikan melalui Inovasi penyuluhan keliling dengan menyosialisasikan pengendalian penyakit gugur daun tanaman karet," tambah Rahmani.
Petani karet juga diberikan wawasan terkait gejala serangan, dan cara pengendalian penyakit gugur daun ini.
Untuk pengendalian serangan penyakit ini juga bisa dilakukan dengan cara kimiawi metode fogging (pengasapan) namun saat ini belum bisa diterapkan menyusul tingginya curah hujan.
Rahmani menyebutkan gejala yang ditimbulkan dari serangan penyakit ini yakni bintik coklat pada daun muda yang berkembang menjadi bercak cokelat tua dan terdapat batas jelas antara bagian bercak daun sehat, daun gugur sebelum waktunya, daun baru berbentuk lebih kecil dari ukuran daun normal.
Terpisah, salah satu petani karet di Desa Garunggung, Kecamatan Tanjung, Hasbullah mengatakan satu hektare kebun karet satu kali sadap hasilnya 15 sampai 20 kilogram.
"Serangan penyakit gugur daun memang berdampak pada produksi getah karet selain dipicu faktor lain seperti umur pohon karet yang sudah tua," ungkap Hasbullah.