Banjarmasin (ANTARA) - Produksi ikan lokal di Banjarmasin terutama jenis ikan yang hidup di air rawa dan sungai belakangan ini agak menurun menyusul hujan yang terus-menerus, sehingga harga ikan jenis tersebut mengalami kenaikan.
Seorang pedagang ikan di Pasar Lama Banjarmasin, Hasnah kepada Antara Kalsel, Kamis pagi, menuturkan penurunan produksi ikan lokal tersebut karena pencari ikan atau nelayan rawa enggan bekerja akibat hujan yang terus menerus.
Baca juga: Harga ikan laut di Banjarmasin masih stabil di saat harga BBM naik
Selain itu, hujan terus-menerus itu mengakibatkan air rawa dan air sungai menjadi dalam sehingga ikan rawa sulit ditangkap. Penangkapan ikan jenis ini dengan cara melunta, merengge, memancing, melukah, mengacar, merawai, dan cara lainnya.
Ikan lokal Banjarmasin, seperti gabus atau haruan, pepuyu, sepat, sepat siam, lele, sanggiringan, puyau, lampam, puntin, panting, baung, kelabau, mihau, kihung, saluang, patung, kapar, belut, karandang, sanggang, jelawat, nila, patin, dan lainnya.
Sebagai contoh, ikan haruan sedang yang disebut lusukan dari harga Rp40 ribu per kilogram menjadi Rp60 ribu per kilogram, sepat siam dari harga Rp40 ribu per kilogram menjadi Rp50 ribu per kilogram, kemudian harga ikan jenis lain juga mengalami kenaikan.
Pedagang eceran memperoleh ikan tersebut di lokasi tempat pelelangan ikan kawasan RK Hilir Banjarmasin atau beli langsung ke sentra penangkapan ikan seperti di Tarantang, Sungai Lulut, Sungai Tabuk, bahkan ke Sungai Rangas,Martapura Kabupaten Banjar.
Baca juga: Harga ikan sungai kian murah saja di Banjarmasin
Ikan jenis ini memang yang banyak dicari oleh penduduk setempat, karena penduduk lokal menggemari jenis ikan lokal.
Makanya menu makanan di Banjarmasin seperti lontong, laksa, nasi kuning, ketupat kandangan menggunakan ikan jenis ini.
Ikan ikan ini biasa menjadi santapan menu makanan yang diolah dengan cara dipepes, dipanggang, digulai, dan difermentasi yang disebut ikan "pakasam" atau ikan wadi.
Bahkan ada yang suka setelah dikeringkan yang disebut garinting, iwak karing, atau garih.
Baca juga: Pemerintah Banjarmasin dorong petani ikan budi daya kolam terpal