Banjarmasin (ANTARA) - Ketua DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) H Supian HK menyerahkan 27 ekor bekantan atau kera hidung panjang (Nasalis larvatus) kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) provinsi setempat di Banjarmasin, Selasa siang.
Bekantan atau hewan langka yang merupakan maskot fauna Kalsel itu awalnya tinggal pada habitat alaminya di Desa Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel.
Penyerahan secara simbolis lima ekor sebagai salah satu upaya mendukung konservasi satwa endemik di Kalsel dengan luas wilayah lebih kurang 3,7 juta ha terdiri atas 13 kabupaten/kota.
Kelima primata itu dalam kondisi sehat, bahkan dua di antaranya masih terbilang balita, dan penyerahan berlangsung di rumah jabatan Ketua DPRD Kalsel, Komplek Dharma Praja, Jalan A Yani km 5 Banjarmasin.
Ketua DPRD Kalsel mengungkapkan, bekantan tersebut awalnya tinggal di habitat alaminya di Desa Paminggir pada lahan sekitar 22 ha sejak tahun 1980-an.
"Namun karena meningkatnya jumlah penduduk yang berdampak pada kebutuhan lahan yang turut bertambah, lahan yang ada saat ini hanya tersisa lebih kurang delapan hektare," ujarnya.
"Kita khawatir, kalau tetap dipertahankan di kawasan tersebut justru nanti berimbas pada populasinya yang semakin sedikit. Sulit berkembang biak karena kawasan itu berdekatan dengan habitat kerbau rawa," tuturnya kepada awak media.
Ia menambahkan, proses untuk evakuasi kawanan bekantan itu cukup mudah. Apalagi pihaknya juga mengedepankan cara yang humanis tanpa perlu mengikat atau melukai satwa tersebut.
Terbukti, selama perjalanan pascaevakuasi dari Desa Paminggir ke Kota Banjarmasin lewat jalur sungai, kelima bekantan tidak mengalami stres tinggi yang dapat memengaruhi kondisi psikis dan kesehatan fisiknya.
"Saat evakuasi, kita pancing dengan makanan menuju speedboat, sebelum masuk ke kandang kayu. Semua dilakukan tanpa kekerasan," tambah Supian, sembari menunjukkan kondisi salah satu bekantan yang dievakuasi.
Rencananya, 27 ekor bekantan tersebut dilepasliarkan pada kawasan konservasi PT. Antang Gunung Meratus (AGM) di Kabupaten Tapin, Kalsel, yang sudah sejak lama juga dikenal sebagai salah satu habitat alami mereka.
Sementara itu, Kepala Seksi Wilayah Konservasi II Banjarbaru BKSDA Kalsel Cecep Budiarto mengapresiasi penyerahan puluhan ekor bekantan untuk dipindahkan ke habitat baru yang lebih representatif.
"Lahan konservasi milik perusahaan swasta itu luasnya sekitar 72 hektare dan memang sudah lama jadi kawasan untuk pelepasliaran dan pengembangbiakan secara alami," jelasnya.
"Ketersediaan pakan dan kondisi lahan juga sudah sangat baik sehingga diharapkan dapat mendukung pengembangbiakan untuk menekan risiko kepunahan bekantan," ujarnya.
Ia mengakui, selama ini konservasi bekantan di Kalsel atau provinsi terkecil dan tertua di Kalimantan terus berbagai pihak lakukan.
Data terbaru dari BKSDA Kalsel pada tahun ini terjadi peningkatan populasi bekantan dari yang sebelumnya tiga ribu ekor menjadi sekitar empat ribu ekor.