Industri rumahan gula aren di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, sudah satu tahun ini tidak beroperasi karena kesulitan pemasaran dan membengkaknya biaya operasional.
Manajer Unit Gula Aren, Koperasi Simpan Pinjam Madani, Kotabaru, Raden Mas Supriyono, di Kotabaru, Jumat, mengungkapkan, harga penjualan masih belum bisa menutupi biaya operasional produksi gula aren.
"Dengan sangat terpaksa indutri gula aren tersebut ditutup," jelasnya.
Meski masyarakat anggota koperasi banyak yang hendak menjual hasil sadapan nira (bahan baku gula aren yang berbentuk cair diambil dari bunga aren yang belum jadi buah) kepada koperasi.
Supriyono menjelaskan, apabila biaya operasional dimasukkan ke dalam harga jual gula aren, dapat dipastikan gula aren produksi Kotabaru tidak dapat bersaing dipasaran.
Akan tetapi apabila perusahaan dipaksakan untuk membeli nira dari para petani dan memproduksi gula aren, koperasi akan terus minus dan hancur.
Sementara produksi rata-rata satu hari bisa mencapai sekitar 75 kilogram gula aren.
Dia mengungkapkan, ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan agar koperasi/industri gula aren itu dapat beroperasi dan membuka lapangan kerja baru.
Pertama, koperasi harus membangun perkebunan aren sendiri sebagai penghasil nira, agar dapat memenuhi kebuthan bahan baku hingga sekitar 1.000 liter per hari.
"Karena yang ada saat ini, perusahaan membeli nira dengan harga tinggi atas permintaan petani, jika perusahaan menolak, petani enggan menjual niranya kepada koperasi," ujar dia.
Apabila perusahaan memiliki kebun sendiri, maka petani akan mengikuti harga yang ditetapkan oleh koperasi/perusahaan.
Kedua, perusahaan bapak angkat PT Arutmin Indonesia terus membina dan tidak lepas tangan begitu saja atas berkembang dan tidak berkembangnya koperasi binannya itu, terutama saat koperasi masih membutuhkan modal tambahan.
"Kami sudah menyampaikan masalah tersebut, namun tidak da tanggapan dari perusahaan," tegasnya./C