Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Hulu Sungai Utara (HSU) Masbudianto, di Amuntai, Rabu, mengatakan, beberapa orang di antara pasien yang dirawat inap tersebut merupakan pasien rujukan dari luar daerah.
"Kita imbau masyarakat mulai mewaspadai serangan DBD ini, karena saat ini merupakan masa peralihan musim penghujan ke musim kemarau," katanya.
Mengantisipasi agar DBD tidak terus berkembang, kata Masbudianto, pihaknya telah melaksanakan pengasapan (fogging) ke sejumlah tempat yang dilaporkan terdapat pasien DBD serta membagikan bubuk abate.
Selain itu, kata dia, masyarakat diminta mulai menerapkan tindakan 3M Plus guna mencegah jentik nyamuk Aides Aigepty berkembang.
Dikatakannya, pasien DBD yang berobat ke Puskesmas sebagian besar berasal dari Wilayah Kecamatan Babirik, Sungai Pandan (Alabio) dan Haur Gading.
"Sebanyak 25 orang pasien DBD yang berobat ke puskesmas, sekitar 70 persen diantaranya harus dirujuk ke Rumah Sakit Pambalah Batung di Kota Amuntai, guna mendapatkan pengobatan yang lebih intensif," katanya.
Menurut Masbudianto, penularan penyakit DBD dalam sebulan terakhir juga dilaporkan sudah terjadi di kabupaten tetangga HSU, seperti Tabalong, HST, HSS dan Balangan.
Selain pasien DBD, kata Budi, sebanyak empat pasien Malaria juga dirawat inap di RSUD tersebut, umumnya mereka adalah pekerja di kawasan hutan dan perkebunan.
Pada 2015, untuk mengantisipasi penyebaran penyakit malaria ini, pemerintah memberikan bantuan kelambu bagi warga di daerah endemis malaria guna mencegah penyakit ini menular, namun pada 2016 bantuan serupa tidak ada lagi.