Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Perhubungan dan BUMN Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Arya Anugrah Pratama Kuntadi mendorong kolaborasi positif antara BUMN dan swasta dalam mengembangkan ekonomi digital di Tanah Air.
Ia mencontohkan Telkom Group yang menanamkan investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk meski saat ini saham perusahaan digital tersebut tengah mengalami koreksi cukup drastis.
"Saya yakin pihak Telkom Group sudah menjalankan prosedur yang benar ketika hendak melakukan investasi di perusahaan digital seperti GoTo. Justru, saya mendorong agar terus ada kolaborasi yang positif antara BUMN dengan swasta nasional. Termasuk dalam mengembangkan perusahaan digital. Sebab, negara yang maju pasti memiliki kolaborasi yang kuat antara BUMN dan swasta. Jika bukan BUMN kita yang berperan, siapa lagi yang akan mengembangkan ekonomi digital Indonesia," ujar Arya lewat keterangannya di Jakarta, Senin.
Beberapa waktu lalu, Telkom Group melakukan investasi di saham GoTo. Arya menilai investasi yang dilakukan Telkom Group ke perusahaan digital seperti GoTo merupakan keniscayaan. Sebab investasi ke perusahaan digital juga dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi global yang bertujuan untuk dapat membangun ekosistim digital sehingga perusahaan telekomunikasi dapat terus mempertahankan pendapatannya dan mampu berkembang di pasar digital yang semakin luas.
Baca juga: Talenta digital yang cakap dorong pertumbuhan ekonomi
"Telkom Group harus menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Bahkan kalau bisa Telkom harus menjadi leader ekonomi digital di kawasan regional. Agar Telkom dapat terus mempertahankan pendapatannya dan bisa menggembangkan ekonomi digital nasional mereka harus masuk ke perusahaan digital. Mereka juga harus memasukkan orang-orang yang berpengalaman di perusahaan rintisan digital. Dan itu mereka sudah lakukan," kata Arya.
Arya juga melihat koreksi harga saham GoTo yang mempengaruhi nilai investasi Telkom Group adalah suatu lumrah terjadi, sebab harga saham GoTo dan perusahaan teknologi lainnya baik itu di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di bursa global tengah mengalami tekanan jual.
Ia menilai fluktuasi harga yang saat ini terjadi di pasar saham adalah suatu wajar. Investor tidak bisa memastikan investasi yang ditanamkan pasti untung atau rugi, sebab fluktuasi harga saham di bursa dipengaruhi beberapa sentimen seperti sentimen global, regional dan lokal.
Kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,5 persen membuat indeks bursa global dan Indonesia mengalami tekanan. Tekanan jual saham yang terbesar saat ini dialami oleh perusahaan yang bergerak di bidang teknologi seperti bank digital dan market place.
Tekanan jual yang saat ini terjadi di pasar saham dinilai wajar oleh Arya. Koreksi yang terjadi pada saham-saham teknologi dinilai Arya hanya sementara saja. Ketika sentimen kenaikan suku bunga The Fed sudah mereda, kinerja harga saham perusahaan digital diyakini akan kembali pulih.
Baca juga: Anggota DPR HM Nur: Ekonomi kreatif Kalsel harus kuasai branding dan media digital
Dengan jumlah penduduk yang besar dan besarnya potensi masyarakat Indonesia yang belum menggunakan platform digital, masih menjadi daya pikat tersendiri pertumbuhan ekonomi digital.
"Elon Musk dengan SpaceX dan Starlink aja tertarik untuk menggarap ekonomi digital Indonesia. Itu menunjukan potensi pertumbuhan ekonomi digital nasional yang sangat besar. Termasuk di perusahaan startup dan digital Nasional," ujar Arya.