Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Perum Bulog Divisi Regional Wilayah Kalimantan Selatan terpaksa mendatangkan beras dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan sebesar 20 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan penyaluran beras miskin.
Kepala Bidang Pelayanan Perum Bulog Kalsel Divre Regional Kalimantan Selatan Muhammad Zainal di Banjarmasin, Kamis mengatakan hingga Oktober 2015, penghimpunan beras petani Kalsel oleh Bulog baru mencapai 7.800 ton dari target penyerapan sebanyak 27 ribu ton.
Minimnya penyerapan beras petani tersebut, kata dia, antara lain terkendala harga pembelian petani yang masih di bawah harga pasaran, sehingga petani memilih menjual ke tengkulak.
Berdasarkan HPP pemerintah, harga beli petani oleh Bulog sebesar Rp7.300 per kilogram, sedangkan harga di pasaran sudah mencapai Rp7.800 bahkan Rp8 ribu per kilogram, untuk jenis beras medium.
"Padahal penyerapan beras ini telah dikawal TNI, tetapi kita tetap tidak bisa mencapai target yang diinginkan, bahkan masih jauh dari harapan," katanya.
Selain itu, kata dia, kualitas padi petani, tidak sesuai dengan kualitas yang ditetapkan oleh Bulog, antara lain kadar air cukup tinggi.
Menurut dia, saat panen padi awal pada Maret 2015, pada posisi musim penghujan, sehingga banyak gabah petani yang padinya tidak memenuhi syarat, antara lain kondisi kadar air yang cukup tinggi, sehingga tidk bisa disimpan digudang.
"Memenuhi kebutuhan penyaluran beras miskin bagi warga Kalsel sebanyak 29 ribu ton, terpaksa Bulog mendatangkan dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan," katanya.
Hingga Oktober ini, beras yang didatangkan dari luar Kalsel sudah mencapai 20 ribu ton, sedangkan sisanya 9 ribu ton, dipenuhi dari sisa beras tahun sebelumnya, dan hasil penghimpunan petani lokal.
Minimnya penghimpunan beras petani oleh Bulog tersebut, bertolak belakang dengan produksi padi Kalsel, yang justru diperkirakan mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Selatan Fathurrahman mengatakan, pada 2014, produksi padi Kalsel mencapai 2,094 juta ton sedangkan pada 2015, target produksi naik menjadi 2,190 juta ton.
"Kita sangat optimistis target tersebut bisa tercapai, sebab kendati kini musim kemarau, beberapa daerah terutama pertanian lahan lebak melakukan panen raya," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan, merilis bahwa produksi padi Kalsel kini cukup bagus, sehingga ketahanan pangan cukup kuat, dan diharapkan kondisi tersebut mampu menahan laju inflasi.
Hal tersebut berdasarakan data dari Balai Besar Penelitian Pertanian Kalsel, yang menyebutkan bahwa panen padi hingga kini masih berlangsung, khususnya untuk padi lahan rawa dan pasang surut.
Salah satu sentra padi jenis tersebut berada di Kabupaten Barito Kuala, yang telah panen sejak Agustus 2015, dengan produktivitas 4,7 ton per hektare.