Banjarmasin (ANTARA) - Mantan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia (Menlh RI) Prof Dr Ir H Gusti Muhammad Hatta MS mengharapkan Kalimantan agar jangan sampai jadi "mantan kali" atau kebalikan nama pulau tersebut.
"Kalimantan merupakan pulau yang banyak kali tidak mustahil nanti hanya tinggal bekas-bekas atau mantan kali," ujarnya saat mengisi acara podcast/bapanderan santai di Kantor Biro Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Rabu (9/2/22).
"Kenapa jadi mantan kali? Sebab tidak ada lagi air, karena lingkungan yang rusak," lanjut M Hatta yang juga mantan Menteri Reset dan Teknologi RI yang kini kembali aktif sebagai dosen Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) Banjarmasin.
Dalam podcast dengan topik "Energi Hijau" itu, Guru Besar yang memasuki masa pensiun tahun ini (2022) mengingatkan arti penting kebersamaan dalam memelihara lingkungan seperti hutan.
"Karena selain berfungsi sebagai penghasil oksigen atau udara bersih, hutan juga menjadi daerah tangkapan air yang dapat menyimpan sumber daya air buat kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya," ujar zuriat keturunan Raja-Raja Banjar, Kalsel itu.
Oleh itu pula, dia sependapat dengan pemerintah provinsi (Pemprov) atas gagasan "Geopark Meratus" yang bukan saja pengakuan secara nasional, tetapi dunia internasional sehingga berstatus Global Geopark.
"Dengan pengakuan Global Geopark, maka Geopark Meratus akan lebih terjaga dan mendatangkan banyak manfaat, baik bagi masyarakat setempat maupun nasional dan dunia internasional,
"Untuk itu pula guna keberhasilannya, perlu sosialisasi secara masif tentang Geopark Meratus agar masyarakat jangan salah persepsi sehingga mereka menentang atau tidak mendukung ide yang baik tersebut," demikian M Hatta.
Acara podcast/bapanderan santai mantan Menlh dan Menrstek M Hatta itu bersama wartawan senior Antara Kalsel H Hasan Zainuddin atau yang akrab dengan sapaan Paman Amun.
Memantau langsung kegiatan podcast/bapanderan santai yang merupakan program rutin mingguan Antara Kalsel tersebut, Kepala Biro Kantor Berita itu, Nurul Aulia Badar yang dipanggil Pak Oly.
Bapanderan berasal dari bahasa daerah Banjar Kalsel yang dalam Bahasa Indonesia dengan sebutan bercakap-cakap, diolah dalam bentuk podcast dan disiarkan pula lewat YouTube.