Banjarmasin, 19/10 (Antara) - Pemerintah bakal memberikan kesempatan petani di Kalimantan Selatan untuk mengasuransikan tanaman padi mereka dengan dana sebagian besar ditanggung pemerintah.
Kepala Dinas Pertanian Pemprov Kalsel Fathurrahman di Banjarmasin Senin mengatakan program asuransi tanaman pertanian tersebut mulai dilaksanakan pada 2016 dengan biaya atau premi yang harus dibayar Rp188 ribu per hektare.
"Dari jumlah tersebut, petani hanya disuruh membayar sekitar Rp30 ribu sedangkan sisanya dibayar pemerintah," katanya.
Program asuransi tanaman padi tersebut dilakukan untuk melindungi petani dari kemungkinan kerugian yang cukup besar apabila terjadi bencana seperti kebanjiran atau kekeringan.
Dari premi yang dibayarkan tersebut, tambah dia, bila terjadi bencana, maka petani akan mendapatkan ganti rugi dari asuransi maksimal Rp10 juta per hektare.
"Pemberian dana bantuan pertanggungan asuransi, pada tahun 2016 Kalsel baru diberikan seluas 43 ribu hektare, dari total lahan pertanian di Kalsel sekitar 500 hektare," katanya.
Sementara itu, kemarau panjang yang terjadi di Kalsel saat ini, telah merusak sebanyak 3 ribu hektare lahan padi di berbagai wilayah di Kalimantan Selatan.
Luasan lahan pertanian yang mengalami kerusakan tersebut, kata Fathur, dipasatikan tidak akan menganggu capaian produksi padi Kalsel, karena dibandingkan dengan luasan lahan tanam, kerusakan tersebuta relatif sangat kecil.
"Kalau tiga ribu hektare relatif kecil, hanya sekitar 0,6 persen dari total luasan lahan pertanian Kalsel, jadi Insya Allah tidak akan mengganggu produksi maupun ketahanan pangan Kalsel," katanya.
Pada 2014, produksi padi Kalsel mencapai 2,094 juta ton sedangkan pada 2015, target produksi naik menjadi 2,190 juta ton.
"Kita sangat optimistis target tersebut bisa tercapai, sebab kendati kini musim kemarau, beberapa daerah terutama pertanian lahan lebak melakukan panen raya," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan, merilis bahwa produksi padi Kalsel kini cukup bagus, sehingga ketahanan pangan cukup kuat, dan diharapkan kondisi tersebut mampu menahan laju inflasi.
Hal tersebut berdasarakan data dari Balai Besar Penelitian Pertanian Kalsel, yang menyebutkan bahwa panen padi hingga kini masih berlangsung, khususnya untuk padi lahan rawa dan pasang surut.
Salah satu sentra padi jenis tersebut berada di Kabupaten Barito Kuala, yang telah panen sejak Agustus 2015, dengan produktivitas 4,7 ton per hektare.