Banjarmasin (ANTARA) - Komisi IV Bidang Kesra DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) menganjurkan agar sekolah di provinsinya membuat "buku saku" tentang "Standard Operating Procedure" atau SOP protokol kesehatan (Prokes) bagi untuk peserta didik.
Ketua Komisi IV DPRD Kalsel yang juga membidangi pendidikan dan kesehatan, HM Lutfi Saifuddin SSos mengemukakan itu menanggapi pembelajaran tatap muka (PTM) yang mulai awal tahun ajaran 2021/2022.
Wakil rakyat dari Partai Gerindra tersebut menganjurkan itu ketika kunjungan kerja (Kunker) Komisinya ke Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), Kalsel, 15 - 17 Juli 2021.
Menurut anggota DPRD Kalsel dua periode itu, buku saku penting, karena selain berisi SOP (petunjuk pelaksanaan) prokes, juga berisi kolom riwayat kesehatan dan monitoring mobilitas siswa di luar sekolah.
"Kolom monitoring mobilitas siswa di luar pagar sekolah sangatlah penting," tega wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel I/Kota Banjarmasin itu saat rombongan Komisinya berada di SMAN 1 Angsana Tanbu, Jumat (16/7).
Sebab, menurut dia, alih-alih siswa terinfeksi virus COVID-19 di sekolah, malah terinfeksi di luar sekolah. “Sia-sia jika hanya patuh Prokes di sekolah, namun ketika di luar sekolah malah melanggar Prokes,” cetusnya.
"Tentu untuk memastikan kebenaran dari data yang dimasukan siswa, pada kolom monitoring di buku saku tersebut harus diverifikasi (ditanda tangani) oleh wali siswa bersangkutan masing-masing di rumah," lanjutnya.
Ia menekankan, di dalam buku saku tersebut juga harus ada informasi gejala-gejala COVID-19 dan "hotline" (nomor kontak) gugus tugas COVID-19 rumah sakit terdekat.
"Informasi gejala-gejala COVID-19 dan hotline gugus tugas yang dapat dihubungi itu penting, agar memudahkan dan mempercepat penanganan," demikian Lutfi Saifuddin.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Angsana Tanbu (sekitar 200 kilometer tenggara Banjarmasin) H Amrullah MPd MM menyatakan, pihaknya sudah siap melaksanakan PTM serta mendapat dukungan wali siswa.
“Dari hasil angket yang kami sebarkan ke wali siswa pada Mei 2021 sebanyak 95,92 persen wali siswa mendukung PTM,” papanya.
Ia menambahkan, bahwa pihaknya juga sudah membuat "booklet" tentang panduan PTM di SMAN 1 Angsana yang disusun oleh Tim Satgas COVID-19 sekolahnya.
“Tentu ini sejalan dengan apa yang sudah diharapkan Ketua Komisi IV DPRD Kalsel, tinggal kita sempurnakan lagi untuk dijadikan buku saku, mengingat masukan-masukan dari anggota Dewan sangat baik sekali,” ucapnya.
Amrullah juga menyatakan, pihaknya sudah menyiapkan segala sesuatu buat menunjang persiapan PTM di sekolah yang dia pimpin tersebut.
Sebagai contoh mulai dari penyediaan 'hand sanitizer' (cairan pembersih tangan) pada setiap ruangan, mengatur tata letak, arus pergerakan siswa yang masing-masing kelas dipisah sehingga meminimalkan kerumunan, sistem jam pelajaran, dan menyiapkan tempat isolasi sementara bagi siswa yang suhu tubuhnya di atas batas wajar.
“Para guru dan karyawan seluruhnya juga sudah divaksi COVID-19," demikian Amrullah.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Komisi IV DPRD Kalsel Firman Yusi SP sangat mengapresiasi persiapan yang sangat baik oleh pihak SMAN 1 Angsana tersebut.
“Dari sekian sekolah yang sudah kami monitor, SMAN 1 Angsana ini termasuk yang paling baik dari segi persiapannya," ujar mantan anggota DPRD Kabupaten Tabalong, Kalsel itu.
"Tinggal bagaimana penerapannya. Kita harapkan nanti evaluasi harus berkala, sejauh mana ketercapaian penerapan SOP yang tidak hanya harus dipatuhi siswa, namun juga seluruh warga SMAN 1 Angsana, tak terkecuali hingga dewan guru,” lanjutnya.
Firman Yusi yang juga Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengharapkan pula agar upaya memutus mata rantai COVID-19 dapat memberikan hasil yang maksimal.
Di sela-sela dialog antara Komisi IV tersebut dan pihak dewan guru, tim humas DPRD Kalsel mendapatkan fakta yang cukup miris ketika mewawancarai seorang siswa SMAN 1 Angsana yang juga berhadir di acara itu.
Fitrianor, siswa kelas XI yang secara pribadi merasa sangat kesulitan ketika melaksanakan proses pembelajaran dengan sistem "online" atau dalam jaringan (daring) selama kurun waktu lebih dari satu tahun ini.
“Selain terkendala koneksi jaringan, saya juga harus bergantian dengan tiga adik saya memakai gawai pintar yang hanya ada satu buah di rumah,” lirih Fitrianor anak sulung yang juga seorang pengurus OSIS di SMAN 1 Angsana tersebut.
Ia mengaku sangat menantikan PTM dimulai. Sebab selain kendala yang dia sebutkan, PTM lebih baik dari segi efektifitas.
"Karena selain pelajaran akademik, sosialisasi dan organisasi merupakan pembelajaran tidak langsung didapatnya di sekolah yang cukup berguna ketika sudah lulus nanti," Fitianor.
Menyambut rombongan Komisi IV DPRD Kalsel tersebut Kepala SMAN 1 Angsana (sekitar 200 kilometer tenggara Banjarmasin) H Amrullah MPd, MM, dewan guru, karyawan serta perwakilan pengurus OSIS setempat.