Kotabaru (ANTARA) - Harga beras hasil panen petani lokal di sejumlah daerah di Kalimantan Selatan terpantau mulai mengalami penurunan usai berakhirnya masa panen.
"Sebelum musim panen, harga beras jenis beras lokal Rp10.000 per liter, tetapi kini turun menjadi kisaran Rp7.500 per liter," kata salah seorang pedagang, H Solihin, di Banjarmasin, Sabtu.
Menurut dia, penurunan harga itu lumayan karena harga beras sudah terpengaruh lebih dari Rp1.000 per kilogram, meski banjir sempat melanda daerah yang berpenduduk sekitar empat juta jiwa itu.
Namun, penurunan harga tersebut dikeluhkan oleh sebagian petani yang selama ini telah bersusah payah dalam mendorong produktivitas padi.
Seorang petani asal Kotabaru, Abu Bakar menambahkan harga beras untuk jenis siam unus, mutiara, buyung, dan yang lainnya turun pada kisaran Rp500 per kilogram hingga lebih Rp1.000 per kilogram.
Baca juga: Cadangan beras Bulog Kalsel capai 8.256 ton
"Turunnya harga membuat sebagian petani lesu untuk kembali bercocok tanam untuk menanam padi," katanya.
Selain itu, petani juga mengalami kendala lainnya yaitu serangan hama tikus yang telah merusak sebagian tanaman padi.
"Akibat serangan hewan pengerat tikus tersebut, hasil panen berkurang hingga 20 persen dari kondisi normal, di tambah harga beras juga turun membuat petani lesu," katanya.
Seorang petani lainnya di Kelumpang Selatan, H Rahmad mengaku tidak akan menjual beras hasil panen, karena hasil panen yang berkurang dan harganya pun turun.
"Mudah-mudahan hasil panen 40 karung atau sekitar 1,6 ton ini cukup untuk makan satu tahun bersama keluarga," ujarnya.
Menurut dia, biasanya hasil panen sawah seluas 1 hektare bisa mendapatkan sekitar 100 karung lebih, sebelum adanya serangan hama tikus.
Baca juga: Kementan memperkirakan produksi beras surplus 3,66 juta ton hingga Mei