Martapura (ANTARA) - Gabah padi milik petani di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan banyak terendam ketika rumah warga diterjang banjir sehingga hasil panen tak bisa dijual.
"Kalau sudah terendam pasti rusak untuk dijual pun tidak laku jadi buat dimakan sendiri saja. Berasnya nanti hasilnya pasti tidak bagus," kata Samsiar, petani di Handil Buluan, Desa Gudang Hiram, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.
Samsiar mengaku sebanyak 140 blek (sebutan kaleng tempat penyimpanan gabah) miliknya terendam. Dimana satu blek gabah setara 20 liter atau sekitar 10 kilogram. Sedangkan harga jualnya saat ini Rp80 ribu satu blek.
"Banjir di rumah setinggi 1,5 meter. Semua barang tidak bisa diselamatkan termasuk gabah yang terendam," tuturnya saat menjemur gabah yang terendam di tempat kerabat di Desa Pematang Panjang, Sungai Tabuk.
Nasib serupa dirasakan Pulah, petani lainnya. Namun dia mengaku lebih beruntung mengingat masih banyak gabah yang bisa diselamatkan daripada yang terendam.
"Kalau kerugian sekitar Rp15 juta. Tapi alhamdulilah masih bersyukur ribuan blek terselamatkan. Kita lapang dada saja karena ini sudah musibah," ucapnya.
Gabah yang saat ini disimpan petani merupakan hasil panen pada musim tanam periode April hingga September 2020.
Diakui Pulah yang memiliki lahan pertanian padi seluas 1,5 hektar, mereka sengaja menahan penjualan ketika panen lantaran harganya yang cenderung murah yaitu Rp60 ribu satu blek.
Sedangkan harga jual tertinggi di kisaran Rp100 ribu akan terjadi di awal tahun ini seiring menipisnya pasokan gabah dari petani.
Sementara untuk masa tanam tahun 2021, sejatinya dimulai bulan Januari ini dengan tahapan belacak atau menanam bibit padi. Namun, banjir yang menggenang lahan persawahan di Kecamatan Sungai Tabuk akibat banjir saat ini mencapai dua meter, sehingga proses tanam tertunda.
"Kami hanya tanam setahun sekali. Jadi, mudah-mudahan ada bantuan bibit akibat terdampak banjir yang hingga kini air belum juga surut meski tak ada hujan lagi sejak Sabtu pekan lalu," tandas Pulah.