Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Grand Ballroom - The Dharmawangsa, Jakarta.
Heri Sunaryadi, Direktur Utama KSEI, memaparkan beberapa rencana pengembangan infrastruktur pasar modal yang diprakarsai KSEI, yang terbagi menjadi 3 (tiga) rencana kerja besar.
Rencana kerja ini ditargetkan akan dilaksanakan KSEI pada tiga tahun mendatang dan saling berhubungan satu sama lain.
"Secara umum, inisiatif strategis ini bertujuan untuk mendukung program pendalaman pasar yang diupayakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan menyediakan infrastruktur yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi investor serta pelaku pasar," demikian disampaikan Heri.
Rencana kerja pertama KSEI terkait dengan pengembangan proyek The Central Depository and Book Entry Settlement System Next Generation (C-BEST Next-G).
Beberapa waktu yang lalu, KSEI telah melakukan peresmian pengembangan sistem tersebut, yang ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan vendor terpilih asal Amerika, Nasdaq OMX.
Meski kapasitas C-BEST yang ada saat ini masih dapat memenuhi penyelesaian transaksi Efek di pasar modal, namun sistem ini dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan hingga 3 juta investor dengan kapasitas yang meningkat hingga lebih dari enam kali lipat.
Setelah peresmian tersebut, pengembangan C-BEST Next-G yang memasuki tahap selanjutnya berupa adaptasi teknologi X-Tream Technology milik Nasdaq OMX sesuai spesifikasi yang dibutuhkan.
Tak hanya dari sisi kapasitas, C-BEST Next-G juga akan ditambahkan beberapa fitur yang nantinya dapat mengakomodir message dengan format SWIFT ISO 20022 yang berlaku internasional.
Hal ini akan memudahkan KSEI dalam melakukan Cross Border Settlement dengan negara lain kedepannya, serta diharapkan dapat meningkatkan peran KSEI selaku Central Securities Depository Indonesia di tingkat regional. Berdasarkan rencana, proyek pengembangan C-BEST Next-G ditargetkan telah tuntas pada Desember 2016.
Penandatanganan terkait kerja sama pengembangan infrastruktur pasar modal lainnya dengan pihak ketiga telah pula dilaksanakan sekitar bulan September lalu.
Bertempat di pulau Dewata, Bali, KSEI akan bekerjasama dengan Korea Securities Depository (KSD) dalam mengembangkan sistem Pengelolaan Investasi Terpadu di Indonesia. Adanya kebutuhan sistem yang terpusat untuk penyederhanaan business flow di pasar Reksa Dana menjadi alasan utama dikembangkannya sistem tersebut.
Saat ini para pelaku di industri Reksa Dana seperti Agen Penjual, Manajer Investasi, Bank Kustodian termasuk Perusahaan Efek masih saling terhubung dengan cara yang beragam, dengan sistem yang dikembangkan oleh masing-masing pelaku.
"Sistem yang terpusat perlu dikembangkan di Indonesia, karena sampai saat ini masih banyak proses yang dilakukan secara manual sehingga tidak efisien dari segi biaya. Pengembangan Sistem pengelolaan investasi terpadu dapat menjadi jalan keluarnya, karena infrastruktur ini dapat memfasilitasi pertumbuhan supply dan demand di pasar Reksa Dana," ungkapnya.
Heri juga berharap, diterapkannya Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana, meningkatkan porsi kepemilikan lokal di pasar modal Indonesia sekaligus meningkatkan likuiditas transaksi Efek yang menjadi portofolio Reksa Dana.
Fokus ketiga mencakup pengembangan AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) Financial Hub untuk memberikan kemudahan akses dan aktivitas investasi bagi investor hingga ke pelosok.
Pengembangan ini didasarkan pada penerapan Single Investor Identification (SID) yang telah menjadi kewajiban bagi investor pasar modal Indonesia sejak tahun 2012.
Dalam tahapan pengembangan AKSes Financial Hub, beberapa tahapan pengembangan telah dilaksanakan, antara lain penerapan Static Data Investor sejak akhir tahun 2013, serta terkoneksinya data SID dengan database kependudukan Republik Indonesia melalui kerja sama KSEI dan Ditjen. Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri.
Tahapan selanjutnya adalah pemberian nomor SID kepada pemilik investasi Kolektif, seperti Reksa Dana, dan instrumen invetasi kolektif lain, sehingga dapat terbentuk gambaran investor di pasar modal secara keseluruhan.
Perluasan akses dan jaringan ke pelosok masih diupayakan melalui kerja sama dengan industri perbankan. Untuk itu, KSEI berencana untuk melakukan kerja sama untuk penambahan jumlah Bank Pembayaran dan Bank Administrator RDN, yang pada nantinya juga dapat diterapkan kerja sama pengembangan Co-Branding Fasilitas AKSes dengan jaringan ATM bank tersebut.
Heri menjelaskan, ketiga rencana kerja tersebut akan dilakukan sebagai bentuk dukungan konkrit KSEI terkait program OJK untuk mewujudkan pendalaman pasar.
Pendalaman pasar dapat dicapai dengan meningkatkan sisi supply yaitu jumlah Emiten dan produk, sisi demand dengan meningkatkan jumlah investor, pengembangan infrastruktur serta peraturan-peraturan pendukungnya. "Ketiga program pengembangan infrastruktur tersebut merupakan suatu keseluruhan yang saling terkait dan tidak bisa berdiri sendiri," katanya.
Pengembangan tersebut tidak bisa ditunda, karena bila nanti terwujud pendalaman pasar dengan makin banyak dan beragamnya produk pasar modal, peningkatan jumlah investor dan likuiditas transkasi di pasar modal, kita sudah siap dengan infrastruktur yang memadai," jelas Heri.
Ia menyebutkan, diharapkan pada tahun 2018, keseluruhan pengembangan telah dapat diimplementasikan guna memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi investor.
Selain fokus pengembangan pada tiga rencana kerja besar, kegiatan operasional perusahaan yang baik dan lancar juga menjadi perhatian KSEI, agar dapat memberikan kenyamanan bagi pelaku pasar.